Melanjutkan tulisan Cerdik Menanam, Puas Memanen (Urban Farming di Lahan Sempit), tak ada salahnya untuk berbagi cerita, berbagi kebahagiaan, dan berbagi inspirasi. Terkhusus di April Mop yang ini, jelas bukan hoaks ya.... :)
Mendukung program #DiRumahAja, bisa jadi lama-kelamaan juga bosan. Menghindari hal itu, yang biasanya demen jalan-jalan, memotret aktivitas luar ruang, juga menjadi terbatas ruang geraknya. Taman kota juga ditutup sementara. Terus mau apa?
Mungkin ini sudah takdir. Tapi takdir yang baik, hehe... Peralihan musim (pancaroba) tahun ini sepertinya menjadi hari-hari yang menyenangkan. Beberapa tanaman yang tumbuh mekar, saat ini menampakkan hasilnya. Buahnya cukup lebat, menyenangkan tentunya.
Sekalianlah, jadi ajang untuk melatih kesabaran dengan mencatat pertumbuhan dan perkembangan tanaman-tanaman tersebut melalui data foto. Sementara, video menjadi objek pembelajaran baru.
Tantangan awal ternyata cukup susah. Hewan bergerak: kupu-kupu. Ya, bersyukur, tanamannya bisa mengundang hewan ini. Tak perlu jauh-jauh pergi. Cukup #StayAtHome.
Kepengin juga sebetulnya mendapatkan foto jelita dari hewan yang membantu penyerbukan tanaman ini. Namun area terbangnya tidak tertangkap layar kamera, jadi ya di-video-kan saja.
Beberapa jenis warna hewan ini sempat mengitari tanaman. Ada yang dominan berwarna biru-ungu dan kuning-hitam. Namun si Biru gerak cepatnya cukup gesit dan jarang hinggap, maka yang bisa terekam adalah si Kuning.
Berikut ini videonya:
Panen di Kala Krisis
Punya lahan luas dan jika memang itu petani yang berkutat pada tanaman, yang memang habitatnya begitu, ya no problemo. Tetapi tinggal di kota yang punya lahan terbatas, tapi penginnya tetap bisa berkebun, tentu harus bisa menyiasati dengan baik.
Ya... bersyukur pada akhirnya. Dengan kondisi "darurat" begini, kok boleh menikmati hasil tanaman yang berlimpah. Meskipun cukup untuk konsumsi sendiri, atau sekadar berbagi rezeki. Tidak kurang, dan justru sedikit berhemat.
Tulisan ini bukan tutorial bagaimana cara membuat, cara menanam, cara mimilih bibit, cara menanan, cara merawat tanaman, dan cara-cara lainnya. Banyak situs yang sudah membahasnya secara panjang lebar. Tidak mungkin jika itu harus diringkas kembali dalam tulisan serba ringkas ini.
Sekali lagi, ini hanya untuk berbagi cerita bahagia, yang semoga bisa menjadi inspirasi. Tidak perlu berkecil hati untuk ikutan program go green dengan alasan macam-macam. Kalau awalnya tidak berhasil, wajar. Pemula. Tentu selanjutnya akan lebih gampang, Seperti pepatah, pengalaman adalah guru terbaik. Prinsipnya adalah mau mencoba.
Kalau dengan hal yang paling umum saja, bisa menghasilkan kuantitas yang baik. Tentu perlakuan yang lebih baik, bisa mendapatkan kualitas yang juga lebih baik. Begitu semestinya...
Hasil kebun ini bisa dimasak sendiri, tidak perlu lagi ke pasar. Ada lombok kecil dan pare pada foto sebelah kiri. Di sebelah kanan ada cabe hijau, daun ketela dan buah srikaya. Yang tak nampak di foto adalah daun bawang merah. Hmm... Tinggal mengolah dan memasaknya saja....
Cabai hijau hasilnya memang tidak sebanyak lombok kecil dalam perbandingan jumlah. Kalau pare, ini buahnya tumbuh dengan cepat. Tanpa disadari, foto itu jadi semacam April Mop, haha... tetiba saja sudah besar, menggantung tepat di jalam keluar masuk rumah lagi,...Â
Bertanam ketela, siap-siap dengan rambatannya. Ia bisa melebar, meninggi, menggantung. Menjalar ke mana ia mau. Daunnya bisa diambil untuk campuran sayur, atau cukup disambal. Ahh.... bikin lapar, ya....Â
Pada foto sebelah kiri adalah lombok kecil. Masih belum masak, berwarna kuning. Buat lalapan, cocok. Apalagi penyuka pedas. Sementara di sebelah kanan, ada tanama okra. Buat disayur juga.
Latar belakang dari tanaman utama adalah rosela. Bunga atau buah merahnya bisa diseduh seperti membuat teh. Bisa hangat atau dingin. Terserah yang membuat, sukanya yang mana. Soal khasiat yang satu ini, silakan gogling sendiri ya...
Jangan salah, lombok dan okra ini cuma ditanam di media bekas wadah beras 5 kg. Sementara, rosela yang berbuah lebat ini justru tumbuh dengan suburnya di media tanah terbuka yang ketebalannya sekitar 10 cm saja. Lebarnya tak sampai 1 meter persegi, cuma dibatasi bata merah. Biar tak tergerus dan hanyut terbawa siraman air biasa atau hujan. Tanaman ini berkembang sendiri dari buah yang sudah mengering dan belum sempat diambil. Artinya, bukan sengaja ditanam seperti induknya, tapi tumbuh liar dan alami.
Ah, ... sempurnanya hidup ini :). Bisa saling berbagi pemberian dari Sang Pencipta.
Tanpa panjang kata lagi, yuk nikmati sajian video selanjutnya ini. Oh ya, jika video di atas, kecepatan diturunkan 0,5 x. Maka, sebaliknya yang berikut dipercepat 0,5 x. Mohon dimaklumi, agak pecah gambarnya, karena kualitasnya juga diturunkan dari HD ke standar.
Ok, selamat menikmati. Have a nice day....
© Hendra Setiawan
April Mop 2020