Mohon tunggu...
Hend.Setya
Hend.Setya Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Newbie

Novel AL terbit setiap hari Jumat || Contact Penulis : hsetiawan.id@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bab 5 | Pencurian Batu Assion

1 Juli 2018   20:36 Diperbarui: 1 Juli 2018   20:42 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidur malamnya tidak nyenyak. Sisipan mimpi kekalahan perang muncul dalam tidur. Barangkali, sisa luka sedikit banyak mengganggu waktu istirahat Essa.
Mimpi kekalahan perang? Tidak mungkin. Klan penyihir dan sekutunya baru saja memperoleh kemenangan di perang  suci ke-8.

Essa segera berlari dari kamarnya menuju istana. Tubuhnya masih berkeringat akibat mimpi barusan. Diliriknya jam dinding di koridor istana masih menunjukkan jam 4 dini hari.

Sebagai panglima perang sisi kiri, ahli strategi perang. Mudah saja untuk Essa melewati penjagaan security  istana. Ia memiliki privilege terkait akses masuk istana karena posisinya dan juga kedekatan ia dengan raja.

Butuh waktu sekitar 11 menit untuk sampai ke main hall istana, tempat pertemuan sekaligus singgasana raja berada. Essa berharap bertemu penulis istana yang berjaga bergantian selama 24 jam. Barangkali memungkinkan untuk dirinya selipkan issue mimpi ini diagenda rapat terdekat.

Asumsi Essa, diwaktu sedemikian pagi ia mengira ruang utama istana otomatis sepi. Namun yang Essa temukan ialah ruang ini begitu riuh dan meriah. Riuh dengan canda dan tawa mereka yang berpesta, meriah dikarenakan pihak istana mengundang secara khusus band musik Padi sebagai pengisi acara.

Berbagai makanan mewah dan minuman ber-merk menghias indah meja hidangan di tengah ruang utama istana, berbaris rapi membentuk huruf "U" angkare besar. Euforia kemenangan perang ini terlewat melebihi batas kewajaran. 4 hari 4 malam waktu yang dihabiskan untuk berpesta.

Kedatangan Essa di ruang utama istana tak luput dari pandangan raja. Ia begitu bersemangat menyambut hadirnya aktor utama kemenangan perang.

"Panglima Essa. Mari makan  dan minum. Rayakan kesuksesanmu!" Raja menggenggam tangan Essa, mengajak ia secara langsung.

"Terima kasih baginda Raja." Essa menolak secara halus ajakan Raja untuk ikut serta berpesta.

"Ayolah. Kemenangan ini patut dirayakan. Strategimu yang memenangkan perang." Raja kembali bersikukuh untuk mengajak Essa ikut serta berpesta.

"Tidak juga. Semua karena seluruh personil yang ikut berperang dibawah komando baginda Raja." Essa menjawab secara diplomatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun