Mohon tunggu...
Hend.Setya
Hend.Setya Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Newbie

Novel AL terbit setiap hari Jumat || Contact Penulis : hsetiawan.id@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bab 1: 7 Jam Sebelum Senja

7 Juni 2018   13:55 Diperbarui: 7 Juni 2018   14:01 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Matahari berangsur bergerak pelan menuju barat. Suhu yang hangat sekaligus bersahabat bagi mereka yang masih berkeinginan bermain atau sekedar menghabiskan waktu. Terlebih menikmati momen summer ditengah padang sabana seluas 5 hektar.

Tampak sepanjang mata memandang kearah timur nagari Cheduge, sekelompok anak, pemuda, dewasa dan juga orang tua ikut tumpah ruah di sabana Elea. Sabana yang menurut penduduk nagari Cheduge menjadi saksi mata perang suci ke-3, perang kemenangan bangsa AL untuk kali pertama. Sabana dimana tanahnya disuburkan oleh darah ksatria, dicukupkan paparan sinar matahari dari Tuhan.

"Ayolah, kemarilah ikut berlomba denganku dan Choco!" ajak Pepe kearah Saga.

Pepe. Gift Master AL, remaja tanggung 15 tahun, berperawakan gemuk, berkulit nyaris hitam kelam, berambut gimbal.

Choco. AL berjenis Tikus. Entah mengapa disebut Choco. Mungkin jika Pepe kelaparan. Choco bisa jadi kudapan chocolate paling dekat dan dirasa paling nikmat.

Menjadi hal yang umum dan biasa di nagari Cheduge. Penduduk berkawan erat dengan binatang. Bukan sekedar binatang, namun juga sebagai teman berperang dan tentunya simbol prestise bagi empunya, sang Master AL.

Saga menengok dengan mimik muka malas, dilihatnya Pepe tengah bersama Choco bermain mini tinju - 2 paku ditancapkan ke tanah, karet gelang dihubungkan diantara paku, diselipkan 2 semak yang kemudian diibaratkan petinju, digosok-gosok batu tepat diatas paku, sehingga menimbulkan efek kinetik berupa gerakan gulat.

"Apa yang kau pikirkan, Saga?" Tanya Pepe seraya mendekat meninggalkan Choco yang kebingungan. Jenuh karena ia menang untuk kelima kalinya melawan Choco.

"Entahlah." Timpal Saga pendek.

"Bosan aku dengan jawaban khas itu." Gerutu Pepe sambil merobek satu bungkus roti. Membukanya kemudian dibagi antara Ia dan Choco. Manis sekali pertemanan mereka.

"Aku hanya berpikir, kapan perang suci berakhir?" Lagi dan lagi pendek Saga menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun