Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Negarawan dan Transformasi Sosial

14 Mei 2024   01:10 Diperbarui: 14 Mei 2024   01:16 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://geotimes.id/opini/sang-negarawan/

Dalam menyambut transisi kepemimpinan Indonesia kedepan, kita butuh tidak sekedar pemimpin tapi lebih dari itu adalah sosok negarawan untuk menjawab tantangan sosial, ekonomi dan politik yang terjadi saat ini.

Dengan lain perkataan, kita butuh negarawan yang mampu melakukan transformasi sosial dengan integritas, visi, dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat, serta menjadi teladan bagi pemimpin lainnya dalam masyarakat untuk bertindak secara arif dan bijaksana.

Dengan visi jangka panjang, negarawan dapat menginspirasi masyarakat untuk berubah dan mendorong perubahan sosial transformatif. 

Lantas transformasi sosial macam apa yang harus dilakukan oleh pemimpin bagi kehidupan bangsa ini? 

Menurut penulis setidaknya ada tiga ciri penting dari kenyataan nasional saat ini yang memerlukan kepemimpinan negarawan yang bisa melakukan transformasi sosial.


Pertama, fakta bahwa masyarakat Indonesia merupakan majemuk atau negara majemuk sebagai aset untuk memperkuat integrasi nasional. Oleh karena itu, dalam negara majemuk seperti Indonesia ini, kita memerlukan negarawan yang bisa menjadi simpul persatuan keberagaman Indonesia, dan mampu menjadi titik temu dari banyak perbedaan dan menjadi kekuatan integrasi nasional. Menggerakan energi nasional dan persatuan nasional untuk menuju pencapaiann peradaban yang lebih tinggi.

Kedua, fakta bahwa Indonesia ini adalah negara dengan kesenjangan sosial yang makin lebar. Kesenjangan sosial merujuk pada ketidaksetaraan atau perbedaan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik antara individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. 

Menurut World Inequality Report 2022, dalam dua dekade terakhir kesenjangan ekonomi di Indonesia tidak mengalami perubahan signifikan. Selama periode 2001-2021 sebanyak 50% penduduk Indonesia hanya memiliki kurang dari 5% kekayaan rumah tangga nasional (total household wealth). Sedangkan 10% penduduk lainnya memiliki sekitar 60% kekayaan rumah tangga nasional sepanjang periode sama (databoks.katadata.co.id, 2022).

Menengok fakta kesenjangan ini, maka dari itu kita membutuhkan negarawan yang bisa mendistribusikan kesejahteraan dan keadilan yang lebih baik. Mampu memperbesar kue ekonomi bangsa dengan cara mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, dikelola dengan inovasi dan teknologi sehingga dapat memberi nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat, sehigga kemudian kemakmuran yang dapat didistribusikan kepada banyak orang. 

Kemudian menumbuhkan kue ekonomi dengan pendidikan, inovasi dan teknologi. Mendorong pembangunan manusia dengan pengembangan inovasi dan teknologi.

Ketiga, negarawan yang memiliki visi keindonesiaan adalah mereka yang memahami pentingnya pembangunan berkelanjutan. Mereka menyadari bahwa pembangunan ekonomi harus berjalan sejalan dengan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial.

Fakta bahwa dalam relasi pembangunan yang bersifat trade-off antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup dan perlindungan sumber daya alam (SDA) masih terus berlangsung di Indonesia hingga saat ini.

Alih-alih mengejar kinerja pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak diiringi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, juga tidak diikuti oleh perbaikan kualitas lingkungan dan pengelolaan SDA yang berkelanjutan. Prioritas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi cenderung lebih dominan daripada usaha untuk melindungi lingkungan hidup.

Dua kepentingan yang bertentangan tersebut sering terjadi di Indonesia, terutama dalam konteks pembangunan infrastruktur seperti bendungan besar, industri, pertambangan, sektor pariwisata, dan berbagai kegiatan pembangunan lainnya.

Oleh karena itu, kita butuh negarawan yang memiliki gagasan-gagasan inovatif untuk mengatasi ancaman triple planetary crisis (perubahan iklim, deforestasi, kepunahan keanekaragaman hayati dan polusi) yang muncul akibat dominasi pembangunanisme ekonomi.

Pemimpin yang memperjuangkan keadilan sosial dan ekonomi, memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi serta kelestarian lingkungan hidup bagi generasi mendatang.

Dengan demikian, menyambut kepemimpinan transisi yang akan memimpin Indonesia kedepan, kita butuh sosok negarawan untuk menjawab tantangan kebangsaan yang tengah terjadi saat ini.

Seorang negarawan bukanlah sembarang tokoh. Ia sosok yang sepenuh jiwa raga mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara, kaya gagasan untuk memandu bangsa ke depan, disertai keluhuran budi dan laku teladan (Bharoto, Kompas 6 September 2021). 

Sosok yang "sepi ing pamrih rame ing gawe", kata orang Jawa yang artinya tidak mengharapkan imbalan atau balasan namun tetap sungguh-sungguh dalam bekerja.

Atau yang dalam bahasa orang Flores-Nagekeo, sebagai "mosa ngai laki zede" (pemimpim yang arif dan bijaksana), "mosa modhe laki pawe" (pemimpin yang baik), "mosa milo laki lina" (pemimpin yang bersih), "mosa kisa, ma'e mosa wisa" (pemimpin yang adil dan tidak memihak).

Jadi, kita butuh seorang negarawan tetap teguh pada integritas dan bijaksana. Memimpin negara dengan visi yang jauh ke depan untuk kebaikan bangsa, melebihi kepentingan individu atau kelompok tertentu. Selalu menjadi suara mewakili kepentingan publik, dengan mengutamakan kepentingan nasional di atas segalanya, bahkan di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau kepentingan politik yang sifatnya pragmatis jangka pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun