Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengatasi Produktivitas Palsu dan Meningkatkan Kineja yang Bermakna

5 Mei 2024   06:38 Diperbarui: 5 Mei 2024   06:54 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.ekrut.com

Mengatasi Produktivitas Palsu dan Meningkatkan Kinerja yang Bermakna

Pernahkah anda terperangkap dalam lingkaran kesibukan yang tak berkesudahan. Bangun pagi, mandi-sikat gigi, sarapan, lalu ke kantor. Setelah sampai di kantor, biasanya dihadapkan pada tumpukan pekerjaan yang terus bertambah, rapat yang tak kunjung usai, dan deadline yang mengintai. 

Pulang dari kantor, bahkan kita membawa pekerjaan pulang dan seringkali masih harus menyelesaikannya di rumah. Lalu, saat hari berikutnya tiba, lingkaran kesibukan yang sama kembali dimulai. 

Kita mungkin merasa sangat sibuk, menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk hingga terkadang lupa waktu. Kesibukan tersebut tidak selalu menjadi cerminan produktivitas yang sebenarnya. 

Kita terjebak dalam apa yang disebut sebagai "fake productivity" alias produktivitas palsu. Sibuk dengan berbagai hal, namun hasilnya tidak sepadan dengan waktu dan energi yang telah kita habiskan.

Produktivitas palsu terjadi ketika seseorang terfokus pada banyak hal sekaligus tanpa memperhatikan hasil akhir yang dihasilkan. Kita mungkin merasa produktif karena terlihat sibuk, namun sebenarnya tidak menyelesaikan tugas-tugas yang penting atau tidak membuat kemajuan yang signifikan. 

Hal ini sering kali disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya lebih mengejar kuantitas daripada kualitas, kebiasaan multi-tasking, dan kurangnya prioritasi tugas berdasarkan urgensi dan dampak yang dihasilkan.

Cuma Kuantitas bukan Kualitas 

Dalam budaya kerja, terkadang kita lebih fokus pada jumlah tugas yang diselesaikan daripada kualitas dari pekerjaan yang dilakukan. Kita merasa puas ketika dapat menyelesaikan banyak tugas dalam satu hari, tanpa mempertimbangkan apakah tugas-tugas tersebut benar-benar berkontribusi pada tujuan yang lebih besar.

Dalam budaya seperti ini, keberhasilan sering diukur dengan seberapa banyak tugas yang dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Namun, perlu dipahami bahwa jumlah tugas yang diselesaikan bukanlah indikator tunggal produktifitas. Kualitas dari pekerjaan yang dilakukan sama pentingnya, bahkan lebih penting, daripada sekadar menyelesaikan banyak tugas.

Ketika terlalu fokus pada jumlah tugas yang diselesaikan, kita mungkin mengorbankan kualitas. Misalnya, dalam upaya untuk menyelesaikan banyak tugas, kita mungkin terburu-buru dan tidak memberikan perhatian yang cukup pada detail atau hasil akhir dari pekerjaan tersebut. Akibatnya, kualitas pekerjaan bisa menurun, yang pada akhirnya dapat merugikan kita sendiri atau perusahaan.

Kebiasaan Multi-taskingpro

Terlalu fokus pada jumlah tugas yang diselesaikan, terkadang membuat kita mengerjakan banyak tugas dalam waktu yang bersamaan, apalagi dengan banyaknya tuntutan dan deadline yang harus dipenuhi, kita sering kali mencoba melakukan banyak hal sekaligus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun