Pertemuan antara Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, dengan Megawati menandakan langkah awal yang positif dalam merajut hubungan politik yang lebih inklusif.
Langkah-langkah rekonsiliasi yang dilakukan oleh Prabowo Subianto memiliki dampak yang sangat penting dalam konteks politik Indonesia pasca-Pemilihan Presiden 2024.
Pertama, langkah ini memberikan sinyal positif kepada masyarakat bahwa perdamaian politik dan stabilitas negara diprioritaskan di atas segala kepentingan politik sempit. Kedua, langkah ini juga menunjukkan kedewasaan politik para elit dalam menjalankan peran sebagai pemimpin yang mengayomi semua elemen masyarakat.
Rekonsiliasi Oligarki Pasca Pilpres dan Politik Dagang Sapi
Rekonsiliasi antara para para elit politik, bisa dimaknai sebagai rekonsiliasi oligarki, sebagai strategi untuk memperkuat basis politik dan memperluas pengaruh politik mereka.
Dalam sejarah politik Indonesia, oligarki politik seringkali menggunakan berbagai taktik politik, termasuk rekonsiliasi, untuk membangun aliansi, mengamankan dukungan politik, dan memperoleh akses ke sumber daya politik yang penting.
Rekonsiliasi antara para oligarki politik bisa menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai "politik dagang sapi". Para pemimpin politik atau partai politik bisa saja saling bertukar dukungan politik, jabatan, atau akses ke sumber daya politik lainnya dalam rangka memperkuat posisi mereka di arena politik.
Taktik politik seperti rekonsiliasi dan politik dagang sapi dapat memberikan keuntungan politik jangka pendek bagi para oligarki politik yang terlibat, namun tidak menghasilkan kebaikan yang sejati bagi masyarakat atau negara, merusak demokrasi, memperdalam polarisasi politik, dan melemahkan fondasi negara.
Karena itu, warga yang kritis, masyarakat sipil yang kuat, harus terus mendorong para pemimpin politik untuk bertindak dengan integritas, transparansi, dan untuk mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau partai.