Mohon tunggu...
Arahayu
Arahayu Mohon Tunggu... -

Hi! Saya Aristya. Masih belajar menulis sejak tahun 2010 hingga sekarang. Sangat tertarik dengan isu lingkungan, kesetaraan gender, dan pariwisata. Oh iya, silahkan berkunjung ke "rumah" saya yang lain disini: http://hellohayu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potret Pemberdayaan Perempuan di Field Trip Danone Blogger Academy

19 Oktober 2018   07:30 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:34 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Membuat EM4 Organik (dokpri)

Halo, teman-teman. Cerita yang saya tulis dari dalam gerbong 5 kereta api Progo ini akan membahas tentang peran perempuan yang saya jumpai selama field trip Danone Academy Blogger (DBA). Trip ini hanya berlangsung selama 3 hari. Cukup singkat memang, tapi tidak untuk cerita di dalamnya. And, this is the story...

Pagi buta sekali kami sudah tiba di Bandara Soekarno Hatta (Soetta). Penerbangan pukul 5:40 menuju Jogja mewajibkan kami untuk berkumpul di bandara pada pukul 4 pagi. Untungnya Jakarta - Jogja ditempuh dalam waktu 1 jam 20 menit, sehingga kami bisa melanjutkan tidur selama perjalanan.

Merawat Kebun dengan Pupuk Organik

Kami mengawali kunjungan ke Project Kemudo, salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) Sarihusada, Klaten. Desa Kemudo yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari pabrik Sarihusada ini menjalankan inisiatif berupa Omah Tani Srikandi dan pariwisata swadaya.

Setelah melewati area persawahan yang masih hijau, kami tiba di Kantor Kepala Desa Kemudo. Begitu tiba, mata saya langsung tertuju pada sekelompok ibu-ibu yang tersenyum hangat di halaman kantor desa. Tepat di hadapan mereka, beberapa botol yang berisi air olahan dipamerkan di atas meja. Seorang ibu menawarkan saya untuk menghampirinya.

"Sini, dek. Belajar bikin EM4"

Ternyata beliau mengajak saya untuk belajar membuat EM4 versi organik. Di atas meja juga terdapat sebuah wadah yang berisi tempe, bawang merah, nanas, dan pisang. Masing-masing bahan inilah yang nantinya akan dibuat menjadi mol (mikroorganisme lokal) sehingga dapat membuat tanah menjadi lebih subur.

Sambil mengiris bawang merah, saya bertanya kepada si ibu apakah kelompok perempuanlah yang bertugas membuat pupuk dan merawat kebun? Si ibu pun mengiyakan. Karena kelompok laki-laki bertugas di sawah dan pembuatan mebel, jadi para perempuan melakukan tugas yang lain.

Para Perempuan Pembuat Pupuk Organik (dokpri)
Para Perempuan Pembuat Pupuk Organik (dokpri)
Cerita si ibu tentang bagaimana perempuan harus produktif dan tidak berdiam diri di rumah menyentuh saya. Semangat ibu-ibu Desa Kemudo ini sangat terpancar di wajah mereka.

Dengan sabar, beliau masih membimbing saya untuk menyelesaikan mol bawang yang akan dibuat. Selesai mengiris, bawang pun saya masukkan ke dalam 1 liter air dan campuran gula. Setiap pagi, botol mol ini harus dibuka perlahan untuk mengeluarkan gas di dalamnya. Setelah satu minggu, barulah mol bawang ini siap dipakai.

Beberapa Contoh Mol (dokpri)
Beberapa Contoh Mol (dokpri)
Selain mol bawang, ada juga mol pisang, nanas, dan tempe yang cara pembuatannya pun persis dengan membuat mol bawang. Keempat mol ini dicampurkan menjadi satu sehingga dari sinilah, kebun milik Desa Kemudo disirami pupuk organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun