Mohon tunggu...
Shinta Septiananda
Shinta Septiananda Mohon Tunggu... Novelis - Sarjana Kesehatan Masyarakat

Anastasya Cornelia Shinta Septiananda, merupakan salah satu penulis dan juga konten kreator kelahiran Jakarta 07 September 1996. Penyuka nasi goreng pinggir jalan, matchalatte, makanan jepang, pecinta hewan reptile juga penikmat alam, petrikor, senja dan benda-benda langit di malam hari. Yang berangkat dari penulis wattpad pada tahun 2018 hingga terus mengembangkan kemampuannya dalam menulis cerita dengan mengikuti berbagai lomba tingkat nasional dan masuk ke dalam kategori penulis terbaik versi Ruang Kreasi dan Rindu Nulis, bahkan dirinya telah menerbitkan salah satu karyanya yaitu Catatan Tentang Dia ke dalam versi cetak di bawah penerbit Guepedia. Meskipun bergelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, ia tidak ingin berhenti dan membatasi dirinya untuk berkespresi, mengeksplorasi dan juga mewujudkan impian masa kecilnya. Salah satunya adalah menjadi seorang penulis. Ia juga banyak mengoleksi buku-buku untuk menambah wawasan serta mencari banyak referensi yang dapat dijadikan sebagai inspirasi. Seperti karya-karya dari penulis terkenal; Mary Shelley, JK. Rowling, Stephen Mayor, Meg Cabot, Rhonda Byrne dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lady Amullete

4 Januari 2023   13:30 Diperbarui: 2 April 2023   12:48 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa tidak salah seperti ini? Maksud saya, tentu anda sudah memiliki kekasih, Sir. Dan saya bersama tunangan saya" keluh Amulette saat mereka keluar dari toko hewan langka dan menyatu dengan para pejalan kaki yang berkerumun. Tanpa disadari oleh Amulette, Albert tersenyum bahagia jantungnya menghentak keras seperti tapal kuda yang menapak ditanah "Kita sudah terlanjur memakan apel beracun My Lady, bagaimana caranya kita akan memuntahkannya kembali?".

Amulette menatap Albert yang menjulang tinggi disampingnya, sesaat ia terpana akan sosok yang sedang ia tatap "Kau benar, mungkin besok aku akan mati karena telah berkhianat, namun setiap racun punya penawarnya bukan?" Albert tersenyum mendengar jawaban Ladynya, ya, ia telah menjatuhkan pilihannya. Sejak awal dan itu bukanlah sebuah kesalahan, karena wanita disampingnya belum terikat hukum yang sah.

Amulette terbangun ketika kereta sudah berhenti tepat dikediaman Ladygham "Euughh, sudah sampai?" Gumamnya mengerjapkan mata menyesuaikan penglihatannya. "Apa kau yakin bisa berjalan sampai ke kamarmu My Lady?" Ujar Albert memberikan tangannya membantu Amulette turun dari kereta. Amulette tertawa renyah dan lagi Albert seperti mendengar gemerincing lonceng surga mengalun indah disana.

"Hey ! Dimana sopan santunmu tuan? Aku baik-baik saja dengan kakiku, tidak ada masalah apapun dengannya" Amulette merasakan sesuatu yang basah dan lembut pada bibirnya. Albert tidak tau apa yang baru saja ia lakukan. Naluri alaminya sebagai laki-laki mengalahkan akal sehatnya "Maafkan atas kelancanganku My Lady" ujarnya dengan pias diwajah saat tidak merasakan respon yang baik oleh Amulette.

Albert membungkuk hormat kemudian berbalik hendak masuk kembali kedalam kereta kuda, namun sesuatu menahan perutnya seperti ikat pinggang yang biasa menahan celananya. Dilihatnya kedua tangan seputih salju dan selembut sutra, hawa hangat dari tubuh dibalik punggungnya mampu mengurungkan niatnya. Ia pun melepaskan tangan yang melingkari pinggangnya dan berbalik pada sosok yang mampu menjatuhkannya lebih dalam ke dasar bumi. 

Albert memajukan wajahnya saat Amulette menatapnya dalam dan teduh dan entah siapa yang memulai, deru napas mereka yang memburu, hangat dan panasnya aliran pada tubuh mereka saat bersentuhan mampu membakar jiwa mereka saat kedua madu dan susu dari pemberi kehidupan melebur menjadi satu.

Januari 1787

Sudah sebulan berlalu sejak pertemuan mereka di toko hewan langka milik Mr. Buckhman. Kedekatan mereka, Count Moscovitz dan Lady Ladhygham sudah terdengar dimanapun termasuk sang Kolonel, tunangan dari sang Lady. "Selamat pagi My Lady" Suzan berdiri diambang pintu saat melihat Lady Am sedang berkutat dengan gulungan kertas dan tinta bulu. Kegiatan sang Lady yang sudah ia hapal. Menulis puisi romantis atau dramatis. Jujur saja ia tanpa sengaja pernah membaca salah satu karya dari Ladynya dan ia sangat jatuh cinta pada setiap serat tinta yang membentuk kata-kata disana. "Ya?" Menoleh kearah Suzan.

Suzan menunduk hormat sebelum berkata "My Lady, maaf sudah mengganggu waktu anda" Amulette tersenyum "Ada apa Ms. Hoegh?" Tanya sang Lady. "Ada surel untuk anda My Lady" Amulette pun mengerutkan dahi dan kedua alisnya. "Dari siapa?" Tanyanya lagi sebelum mengambil gulungan kertas berpita merah tersebut. "Dari Kolonel Channing, My Lady" Amulette menarik napasnya lalu mengambil gulungan surel tersebut dari pelayannya dan mengizinkannya kembali lagi ke dapur. Amulette cepat-cepat membuka gulungan surat tersebut untuk mengetahui isinya.

 

Dear My Lady

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun