"Oh, mau ganti?"
"Tumben kamu paham"
"Kalau ngomong jangan belat-belit deh, aku kesulitan menerka ekspresimu"
Mereka tertawa.
Barca melamun di pondok, tidak satu pun menginginkan ojek payungnya di hari itu. Dalam benaknya, Barca merenungi gelombang laut yang dahsyat, ikan-ikat yang sukar terjaring, kapal yang terombang-ambing, hingga ayahnya yang kedinginan di tengah badai. Di dalam pikirannya, ayahnya sedang berteduh di bawah payung di tengah laut. Ia memeluk dirinya sendiri, kulit-kulitnya keriput. Ayahnya menunggu hujan reda dan menemukan pelangi di langit. Barca pun tidak sadar langit menjadi gelap dan ia nyenyak tertidur di pinggir jalanan.Â
"Aku menang!"
"Curang, ulang..." pinta Owen.
"Kita itu harus berani mengakui kekalahan, dan menerima kegagalan!"
"Tapi, aku terus mengalah saat rajamu terjebak!"
"Begini Wen, hidup itu tidak selalu seperti inginmu atau inginku. Keberuntungan kadang menuntun kita untuk belajar menerima keadaan, bersyukur pada keadaan, dan ..."
Owen pun meninggalkan Mali.