Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekadar Bertanya

11 Juni 2021   17:05 Diperbarui: 11 Juni 2021   23:21 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perubahan iklim (bbc.com)

Dentingan piano terdengar merdu di telinga
Memainkan alunan musik komposer-komposer besar
Mozart, Beethoven, Bach, Chopin, Paganini
Para penonton terhipnotis dalam buaiannya
Tepuk tangan tanda takzim digelorakan
Menggema di ruangan pertunjukkan

Sedang aku terdiam seribu bahasa
Sebuah tanya muncul di kepala
Mengapa kita sibuk mengalunkan simfoni-simfoni masa lalu
Dan bermegah atas keindahan milik zaman lain
Mengapa kita tidak menciptakan simfoni-simfoni masa kini
Milik kita sendiri
Yang akan kita wariskan bersama dengan simfoni-simfoni masa lalu

Suara asing terdengar
Kau bukan komposer, bukan pula pianist
Kenapa kau merepotkan diri memikirkan yang bukan urusanmu
Mengapa kau membahas hal-hal yang tak kau menegrti
Nikmati saja musiknya
Dan diamlah!

Lalu akupun menjawab
Ini bukan sekedar musik
Ini tentang warisan
Mengapa kita bermegah atas warisan yang kita terima
Tanpa memikirkan warisan yang akan kita berikan dari upaya sendiri

Komposisi kehidupan seperti apa yang kita alunkan
Yang kita wariskan kepada anak cucu kita
Akankah kita membangun undakan baru di atas undakan lama warisan yang kita terima
Untuk menyiapkan rumah kehidupan bagi generasi mendatang
Atau kita hanya sebagai pemain yang mengalunkan komposisi masa lalu
Tanpa pernah menggali musik kehidupan kita sendiri

Aduh, pusing!
Lebih baik jadi pemain
Tinggal mainkan partitur yang ada
Sekedar memainkan pun tak ada jaminan seindah aslinya

Sudahlah!
Tinggalkan saja simfoni-simfoni pada pemusik
Tidurlah!
Mungkin besok kita akan mendengar alunan musik yang lain

Maka akupun tidur dalam kengerian
Alunan pertanyaan-pertanyaan mengiringi tidurku

Kehidupan seperti apa yang akan kau warisi bagi anak cucumu
Bumi yang rusak dan penuh sampah?
Iklim yang berubah tak mengikuti musim?
Plastik-plastik yang membanjiri lautan?
Sungai-sungai hitam dan beracun?
Udara yang cemar dan menyesakkan?
Hutan-hutan gundul dan tandus?
Hewan-hewan yang punah diburu?
Tanah-tanah kering kehilangan air?
Gunung salju yang mencair?

Entahlah
Aku sendiri tak tahu
Dan kadang memilih tak mau tahu
Menutup mata pada apa yang terjadi

Biarlah anak panah masa depan mengurus diri mereka sendiri
Lalu aku pun tertidur
Tanpa pernah nyenyak lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun