Mohon tunggu...
Didi Jagadita
Didi Jagadita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eratnya Agama dan Nasionalisme

31 Juli 2018   21:30 Diperbarui: 31 Juli 2018   21:55 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ulama besar bangsa ini sekaligus Pahlawan Nasional, KH Hasyim Asy'ary pernah mengatakan bahwa Agama dan Nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari Agama dan keduanya saling menguatkan.

Ucapan ini menginsyaratkan bahwa dalam konteks kenegaraan , agama adalah salah satu hal yang mendukung  dan penopang negara, dan begitu juga sebaliknya; negara adalah wadah untuk mengamalkan keagamaan itu sendiri. Keduanya saling mendukung.

Contoh yang paling nyata adalah KH Hasyim Asy'ari. Tokoh agama yang punya semangat nasionalisme religius jauh sebelum kemerdekaan. Dia tidak pernah mau tunduk kepada penjajah baik Belanda, Sekutu maupun Jepang. Pandangan KH Hasyim sangat keras terhadap mereka.

Saat itu Kyai dan para santrinya tak lepas dari berbagai gangguan dari penjajah maupun kaki tangan penjajah. Mereka menfitnah dan berusaha melakukan hal-hal jahat kepada pesantren. Tapi kyai dan para santrinya tak pernah menyerah.

Pada masa penduduk Jepang, nasionalisme nya tak pernah luntur. Karena sikap keras Jepang yang memerintahkan kepada para warga Indonesia untuk melakukan seikeirei (membungkuk ke arah Istana kaisar Jepang), Kyai Hasyim menentang mati-matian. Hal ini menyebabkan dia sebagai tokoh agama meneluarkan fatwa haram terhadap seikerei dan menolak propaganda Jepang melalui lagu Kimigayo yang diajarkan di sekolah-sekolah. Karena upaya melawan Jepang dengan frontal itulah dia dtangkap dan disiksa di penara Jepang selama empat bulan, tapi ternyata jiwa perlawanannya tambah berkobar.

Setelah Jepang menyadari bahwa mereka melakukan kesalahan (dengan menahan Kyai Hasyim -- karena dia mereupakan tokoh Islam yang sangat dihormati dan punya banyak pengikut) maka mereka melepaskannya. Kyai Hasyim melakukan perlawanan kepada penjajah dengan mengirim para santri-santrinya untuk berlatih militer ke PETA.

Dia membentuk beberapa lascar agar tak diremehkan oleh lawan. Pesantren Tebu Ireng yang didirikannya menjadi basis perjuangan laskar Hizbullah Sabilillah untuk mewujudkan kemerdekaan Indoensia. Konsep yang ingin ditekankan oleh KH Hasyim adalah kemauan yang keras dari umat sendiri untuk bersatu dan saling mengenal. Dari situ muncul saling tenggang rasa, bersimpati dan toleransi.  

NU yang dibentuk oleh KH Hayim Asyari adalah wadah yang mempersatukan dengan ikatan persaudaraan yang kuat diantara umat Islam.  Islam Indonesia menurut konsepnya adalah Islam yang tidak menafikan kebuadayaan local dimana umat itu berasal.

Hasyim Asy'ari sering berpesan. "Wahai ulama, jika engkau melihat orang lain berbuat kebajikan berdasarkan pendapat para imam atau taklid (mengikuti) meskipun pendapat tersebut tidak marjuh (beralasan) sedangkan engkau tidak setuju, jangan lantas mencaci maki mereka, tapi bimbinglah mereka dengan cara yang baik. 

Jika mereka tidak mau mengikutimu, jangan bertengkar dengan mereka. Sebab jika engkau bertengkar dengan sesama ulama, itu sama saja dengan membangun istana dengan menghancurkan kotanya."

Karena itu, kita sebagai generasi yang diberi anugerah kemerdekaan, kekayaan alam, kebudayaan dan kebenasan berpendapat sudah selayaknya kita harus menyukurinya. Kebebasan dan kemerdekaan ini tak lepas dari perjuangan dan jiwa nasionalisme dari pada perjuang termasuk ulama pejuang.

Agama dan nasionalisme itu tak bisa dipisahkan begitu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun