Mohon tunggu...
Haz Pohan
Haz Pohan Mohon Tunggu... -

Civil Servant, Blogger, Writer, Globe-Trotter

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Esperanto!

14 Agustus 2011   04:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:48 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya terlahir idealis, diajarkan bahwa semua manusia adalah saudara, tetapi di luar rumah tidak ada persaudaraan.Yang ada hanya kelompok etnis Rusia, Polandia, Jerman dan Yahudi.Ini menyiksa masa kanak-kanakku, meskipun banyak juga orang memberi senyuman padaku. Maka, sejak saat itu saya berjanji akan menghancurkan kejahatan ini.

Esperanto pun lahir pada akhir tahun 1870-an, ketika Bialystok masih menjadi bagian dari Kerajaan Rusia.Zamenhof ingin menyumbang untuk terciptanya harmoni dalam pergaulan sosial sehari-hari kota multietnis itu.

Sejarah negeri Polandia tidak lepas dari posisinya yang terjepit di antara Jerman dan Rusia.Tidak kurang, bangsa-bangsa dari utara maupun selatan juga turut ambil-bagian memerintah di sini.Maka, tidaklah aneh jika Polandia pernah hilang dari peta politik Eropa selama 123 tahun, karena 3 kali dibagi habis (partition) oleh pendudukan berbagai bangsa-bangsa di sekitarnya.

Makanya, seorang sejarawan berkebangsaan Inggeris bernama Norman Davies, menulis negeri ini dalam bukunya yang terkenal sebagai: God’s Playground (1979).Buku ini mengungkapkan apa yang dialami oleh orang-orang Polandia dalam sejarah seribu tahun di masa lalu.

Tidak urung, geser-menggeser perbatasan negara selalu menimbulkan konflik horizontal di antara masyarakat yang sudah ratusan tahun berbaur di Byalistok.Kota yang lengang ini dari dulunya berkarakter multikultural, bahasa dan agama juga terbelah-belah, dan ini mengganggu harmoni.Ini yang menjadi latar-belakang lahirnya bahasa Esperanto di kota ini.

Dulu, mungkin karena propaganda Komunis, Esperanto juga dituduh bahasa komunis dan orang sempat enggan mempelajarinya.

Dalam percakapan saya dengan Pan Maciej di bulan Mei itu, kami sempat berbincang-bincang mengenai hari penting tentang Esperanto.Katanya, populasi pengguna bahasa Esperanto kian meningkat, dan bahasa itupun kian berkembang.

“Bagaimana di negeri Anda?”, tanyanya.

“Saya yakin, Esperanto juga berkembang di berbagai kota besar di Indonesia.Hanya saya tidak tahu apakah ada perkumpulannya di tingkat nasional, seperti di Inggeris, Jerman, Spanyol dan di negara-negara lain”, kata saya.


Kongres di Białystokdiisi dengan berbagai kegiatan, seperti percakapan, kuliah, konser, drama, dan wisata yang seluruhnya menggunakan bahasa Esperanto.

Seperti percakapan saya dengan Pan (Bapak) Maciej tadi, memang terasa nyaman berbicara langsung dengan orang dari seluruh dunia tanpa kewajiban kita untuk mempelajari bahasa mereka.Jadi, Esperanto lebih dirasakan manfaatnya untuk pergaulan.Dan, dunia pun menjadi damai, begitulah harapan kaum Esperantis.

Meskipun para pengguna bahasa Esperanto akrab satu dengan lainnya tanpa basa-basi, tetapi saya tidak menganjurkan Anda menyapa seorang gadis di sana dan mengatakan: “Mi amas vin“, yang artinya “I love you“.

Gadis itu tetap seorang manusia dengan perasaannya, dan kultur pun memainkan peranan di sini.Saya tidak menjamin Anda berhasil!

Jakarta, 14 Agustus 2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun