Mohon tunggu...
Hazima Najwa Sulaimah
Hazima Najwa Sulaimah Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya menyukai buku. Buku bacaan seperti karya Tere Liye, Leila S. Chudori dan lainnya. Hobi saya berada dibidang fotografi, sejak kecil saya sudah hidup berdampingan dengan camera dan sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laporan Mingguan dan Tanggapan Mengenai Esai yang Berjudul: Politik yang Terjebak dalam Hiburan

2 September 2025   18:42 Diperbarui: 2 September 2025   18:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada pengantar dalam buku paket menjelaskan pentingnya memahami konsep dan perjalanan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi yang mengalami pasang surut karena perubahan dasar hukum dan perbedaan persepsi kurikulum. Pasal 35 ayat (5) UU No. 12 Tahun 2012 menegaskan bahwa Pancasila wajib menjadi mata kuliah mandiri di perguruan tinggi agar mahasiswa lebih fokus memahami ideologi bangsa. Pendidikan Pancasila diharapkan membentuk jati diri, profesionalitas, serta menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai nilai-nilai Pancasila.

Selanjutnya, tanggapan saya mengenai esai yang telah dibuat oleh Bapak Drs. Study Rizal, LK, MA. adalah bagaimana dengan jelas menunjukkan bahwa dunia politik kita semakin lama semakin mirip dengan dunia hiburan. Banyak politisi dari kalangan selebriti yang akhirnya duduk di parlemen, tetapi masih membawa gaya lama mereka yang penuh sensasi, bukan substansi. Dengan kemarahan masyarakat meledak hingga ke datang kerumah pribadi para politisi, hal itu bukan sekadar aksi anarkis. Tapi itu adalah bentuk lambang protes rakyat untuk menyampaikan bahwa mereka muak dan kecewa karena suara mereka tidak didengar. 

Aksi seperti ini adalah cara rakyat melawan dominasi politik yang dianggap palsu dan cuma jadi tontonan. Akibatnya, politik menjadi terlihat seperti tontonan, bukan tempat menyusun kebijakan yang berdampak bagi masyarakat. Mereka melihat DPR bukan lagi sebagai tempat membahas nasib rakyat, tapi seperti panggung komedi. Maka dari itu panggilan agar para politisi---khususnya yang berasal dari dunia hiburan---untuk benar-benar memahami makna menjadi wakil rakyat. Demokrasi bukan ajang mencari popularitas. Butuh kompetensi, tanggung jawab, dan keberpihakan yang jelas kepada rakyat. Jika tidak, rasa tidak percaya masyarakat akan terus tumbuh, dan bisa berdampak buruk bagi masa depan politik kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun