Mohon tunggu...
Hazairin Alfian
Hazairin Alfian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Berbagi apapun yang patut dibagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masa Pencarian Beasiswa: Manajemen Waktu

29 Desember 2019   22:21 Diperbarui: 30 Desember 2019   13:04 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menapaki sebuah usaha untuk meraih apa yang kita impikan, kadang kita sering mendengar saran bahwa salah satu caranya adalah dengan fokus menjalani setiap prosesnya. Prinsip ini banyak dipedomani bagi sebagian orang salah satunya para scholarship hunter atau pemburu beasiswa.

Mereka (baca:para pemburu beasiswa) banyak yang rela meninggalkan pekerjaannya demi bisa fokus dalam proses meraih beasiswa. Hal ini bukannya tidak bagus, tetapi dalam beberapa kasus, kenyataan yang ditemui di lapangan sering kali berbeda.

Mungkin bagi seorang freshgraduate hal itu masih baik-baik saja. Ia masih bisa minta uang saku di orang tua untuk kebutuhan sehari-hari plus biaya persiapan beasiswanya itu sendiri. Ini pengecualian saja bagi freshgraduate yang belum kena sindrom "malu minta uang" ke orang tua pasca wisuda. Ada  juga freshgraduate yang ketika lulus menginginkan mandiri, lepas dari tanggungan orang tua.  Sehingga kemudian ia berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja.  

Lain lagi dengan lulusan yang sudah old dan lama malang melintang di dunia kerja. Masalah yang  dihadapi akan jadi sangat dilematis ketika ia dihadapkan dengan keinginan meraih beasiswa dengan mendahulukan pekerjaan yang sudah ia lama geluti.

Masalahnya bukan pada minta izin belajarnya, kalau itu sih mudah. Tinggal minta saja di  pimpinan tempat bekerjanya. Tapi yang bermasalah adalah persiapan meraih beasiswanya. You know lah, persiapan beasiswa itu kan tidak hanya tentang kesiapan berkas administrasinya, tetapi yang jauh lebih penting dan memakan waktu yang cukup lama  dan intens adalah kesiapan penguasaan kemampuan bahasanya.

Bagi sebagian yang sudah memiliki kemampuan bahasa yang memenuhi standar (dimana jamak diketahui bahwa kemampuan itu diukur dengan tes yang bernama TOEFL dan IELTS), maka masalah lain akan menghampiri. Salah satunya adalah mempersiapkan penguasaan program studi yang diambil.

Penguasaan program studi ini bertujuan untuk mempermudah penulisan esai rencana studi. Dimana di dalamnya dibahas matakuliah yang akan dipelajari lengkap dengan jumlah sks-nya beserta pengampunya. Ini menuntut si pencari beasiswa mesti mengorbankan lebih banyak waktu menelusurinya.

Lain lagi jika beasiswa yang ingin dipinang adalah beasiswa  doktoral. Ini akan memakan lebih banyak waktu lagi. Jika skor bahasa belum memenuhi standar, berarti paling tidak ada tiga yang harus disiapakan dan ini membutuhkan waktu yang lebih intens lagi: 1. Persiapan bahasa, 2. Letter of Acceptence (LOA) Unconditional (surat penerimaan kampus tak bersyarat), 3. Proposal. (https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/05/Booklet-Beasiswa-Reguler-Tahun-2019.pdf

Poin 2 dan 3 di atas saling berhubungan. Kenapa demikian? Jika anda ingin mendaftar di  kampus mana pun untuk program doktoral, maka paling tidak anda mesti menyerahkan proposal  penelitian anda selama kuliah nanti. Meski proposal bukan syarat satu-satunya, tetapi wajib anda penuhi.

Lanjut. Masalah-masalah diatas yangsering membuat galau para pemburu beasiswa terutama yang kehidupan sehari-harinya ditopang secara mandiri.  Sehingga sangat perlu kiranya mereka menyesuaikan diri dengan cara mengatur waktunya. Dari sekian keruetan itu, anda bisa mencoba beberapa hal berikut:

Pertama, jangan ujuk-ujuk resign dari kerjaan anda. Banyak diantara pemburu beasiswa, saking semangatnya tanpa berfikir panjang langsung resign dari kerjaannya. Anda boleh saja resign jika memang anda sudah bisa memastikan sumber pendapatan yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari plus kebutuhan persiapan beasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun