Mohon tunggu...
Hayyun Nur
Hayyun Nur Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pemerhati Sosial

Seorang penulis frelance, peminat buka dan kajian-kajian filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepenggal Kisah dari Balik Bencana Gempa, Likuifaksi, dan Tsunami Palu, Donggala, Sigi (2)

6 April 2019   16:46 Diperbarui: 28 April 2019   15:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah sempat saya azani,  bayi mungil kami itupun oleh suster di bawa keruang perawatan. Di lantai dua. Tak lama sesudah itu,  ibunya pun dipindahkan ke ruang perawatan.  Di lantai satu.  Semuanya berjalan normal.  Biasa-biasa saja.  Lepas jum'at,  saya masih sempat ke kantor BPJS. Di jalan Sisingamaraja. Sekitar 7 km dari RS Nasanapura.  Mengurus tanggungan BPJS si bayi tentunya.  Sekitar 1 jam lamanya saya di BPJS.  Dari jam 14.00 WITA sampai jam 15.00 WITA lewat sedikit.

Ketika di BPJS itulah gempa pertama terjadi.  Posisi saya ketika itu baru saja hendak kembali ke RS.  Sudah di dalam mobil.  Baru saja hendak menghidupkan mesin.  Sekonyong-konyong mobil terasa seperti bergoyang. Tapi saya tak terlalu hirau. karena menyangka itu hanya akibat tekanan angin dari mobil truck besar yang baru saja lewat dengan kecepatan tinggi. Menyangka demikian sayapun santai-santai saja.  Bahkan setelah tau kalau goyangan itu akibat gempa bermagnitudo 5,9 SR,  saya juga tidak  risau sama sekali. Mungkin karena beberapa tahun sebelumnya,  sudah merasakan gempa dengan guncangan lebih besar.   Info tentang gempa pertama itupun,  saya peroleh dari neng Susi.  Yang tak sampai satu menit setelahnya,   sudah menelpon saya.  Memberi tau kalau barusan ada gempa.  Saya hanya memberi respon sekedarnya saja.  Hanya menanyakan situasi di RS.  Karena dijawab semua baik-baik saja,  saya malah menanyakan si Dede bayinya.  Sudah dibawa turun ke ruang perawatan ibunya belum.  Maklum penasaran.  Pengen cepat-cepat menggendongnya.  Pengennya begitu tiba di RS,  Dede bayinya sudah ada bersama ibunya.

Dari BPJS saya segera kembali ke RS. Ya, itu tadi. Pengen segera ketemu bayinya. Supaya cepat sampai,  saya mengambil jalan potong.  Dari jalan Sisingamaraja, saya belok kiri ke jalan Veteran.  Tembus ke jalan Garuda.  Menyeberang perempatan AR.  Saleh. Lalu di depan Hotel Sutan Raja,  belok kiri ke jalan tanggul. Terus ke Selatan.  Lalu belok kanan melewati Islamic Center.  Ini sudah memasuki wilayah Kelurahan Petobo.  Itu sudah hampir jam 15.30. Kurang 2 jam setengah sebelum kejadian.  Setibanya di Jalan HM. Soeharto, sekira 200 meter sebelum RS,  saya sempat berhenti. Sekitar 15 menit lamanya.  Menerima telpon dari seorang kawan.

Kurang 15 menit jam 16.00 WITA,  saya tiba di RS. Langsung ke ruang perawatan lantai satu.  Bayinya ternyata belum ada.  Belum dibawa turun dari ruang perawatannya di lantai dua. Karena tidak sabar,  saya langsung menanyakannya ke perawat jaga. Kenapa bayinya belum dibawakan ke ibunya.  Dijawab,  sebentar lagi akan segera diantarkan.  Padahal itu kali ketiga hal yang sama saya tanyakan.  Saking tidak sabarnya ingin segera dekat-dekat dengan si Dede bayi.  Sebelum ke BPJS saya memang sudah 2 kali menanyakan itu. Malah karena tidak sabar,  saya sempat menjenguk langsung si Dede.  Di lantai dua.  Di ruang perawatannya itu.  Masih di dalam box bayi.  Itu saja sudah tak terkira girangnya.  Tapi tetap juga tak bisa menghilangkan rasa penasaran.  Untuk segera berdekat-dekatan dengan si Dede.

Masih sempat pula setelah itu, dua kali saya kembali naik ke ruang perawatan. bayi itu.  Pertama, mengantarkan adik pertama saya, Hayyatun Mawaddah,  yang juga penasaran ingin segera melihat ponakan barunya.  Kedua,  lagi-lagi dengan memenuhi permintaan untuk mengantar. Kali ini dua orang sekaligus. Inka (Priyanka Amanda Savana), putri pertama saya itu,  dan Wiwi Maqrawiyah adik bungsu saya.  Dua-duanya gagal.  Tak diizinkan masuk.  Bukan jam besuk, kata suster jaga.  Ya sudah,  tunggu saja.  Nanti juga Dede bayinya  diantar. Biarpun rasa penasaran sudah melampaui ubun-uban.

Ketika tiba di RS,  jam 16.15 itu (2 jam sebelum kejadian),  di ruang perawatan suasana sudah ramai.  Sudah ada 4 orang. Neng Susi yang masih lemes paska bersalin.  Mama yang dari awal setia menemani.  Plus Wiwi dan Inka yang tiba beberapa saat sebelumnya. Boncengan motor berdua.

Sambil menunggu kedatangan si Dede bayi,  kami menghabiskan waktu dengan ngobrol. Suasananya gayeng. Penuh canda. Rame dan seru.  Sampai yang masih lemes, yang baru habis melahirkanpun ikut tertawa-tawa.  Sambil sesekali masih meringis.  Maklum, sedang gembira menyambut anggota baru. Si Dede bayi yang dengan rasa penasaran hampir tidak sabar sedang ditunggu-tunggu kedangannya.

Sekitar 30 menit kemudian, Rangga (Priyanggara Zuhaynanda Zavana), putra kedua saya ikut bergabung. Langsung dari sekolahnya.  SMP al-Azhar. Naik grab bike dari  Tanjung Malakosa. Tak lagi pulang ke rumah di Kawatuna. Rumah sejak pagi sudah kosong.  Kedatangan Rangga melengkapi jumlah kami di RS ketika itu, menjadi 7 orang.  6 orang yang sedang menunggu si Dede bayi diruang perawatan ibunya.  Di lantai 1. Plus si Dede bayi yang masih juga belum dibawa turun dari lantai dua.

Itu sudah jam 17.57 Kurang 5 menit sebelum kejadian. Jelang maghrib.   Kami semua masih ngobrol di kamar.  Si Dede bayi belum bersama kami. Masih di ruang perawatan bayi.  Yang di lantai 2 itu. Bersama puluhan bayi lainnya.  Yang sebagiannya dalam perawatan khusus di inkubator. 

(Bersambung ke Bag. 3, "Detik-Detik yang Sangat Mencekam")

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun