Mohon tunggu...
Muhammad Hasyim Asari
Muhammad Hasyim Asari Mohon Tunggu... Mahasiswa Ma'had Aly Darul 'Ulum

Hal yang abadi dalam dunia adalah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anjuran Respon Manusia Terhadap Kezaliman dalam Tafsir Hidayatul Qur'an

13 Oktober 2025   14:10 Diperbarui: 13 Oktober 2025   14:05 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim. (QS. Asy-Syura [42]: 40)

: .

KH. Afifudin Dimyathi menjelaskan bahwa balasan terhadap kejahatan adalah setimpal dengan kejahatan itu sendiri tanpa berlebihan. Namun, barang siapa memaafkan orang yang berbuat jahat kepadanya dan membalas dengan kebaikan, maka pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang zalim yang menindas orang lain.

Ayat ini mengajarkan dua hal: pertama, membalas kejahatan dengan setimpal itu diperbolehkan, tetapi tidak boleh berlebihan. Kedua, memilih memaafkan dan berbuat baik kepada pelaku kejahatan lebih utama karena pahalanya langsung dari Allah. Sikap inilah yang menunjukkan kedewasaan moral dan ketakwaan.

6.Tidak bolehnya membalas berlebihan. 

Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-baqarah [2]: 190)

: .

Penafsiran KH. Afifudin Dimyathi diatas "Wahai orang beriman, berperanglah demi membela agama dan menegakkan kebenaran terhadap musuh yang menyerang kalian. Namun, jangan memulai permusuhan, jangan membunuh orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan seperti wanita, anak-anak, orang tua, orang sakit, orang gila, atau yang sejenis, kecuali jika ada bukti jelas bahwa mereka membantu musuh. Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas."

Dari penjelasan KH Afifudin Dimyathi dapat dipahami bahwa berperang atau membela diri dari orang yang menzalimi diperbolehkan, tapi jangan melampaui batas. Jangan menyerang yang tak bersalah seperti wanita, anak-anak, orang tua, sakit, atau gila. Balasan harus seimbang, karena Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.

Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam peperangan fisik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menghadapi orang yang zalim atau menyakiti kita, balasan yang berlebihan justru termasuk perbuatan melampaui batas. Menahan diri, bersikap adil, dan membalas sesuai porsinya merupakan wujud ketaatan kepada Allah dan menjaga kehormatan diri. Dengan begitu, kita menegakkan keadilan tanpa terjebak pada dendam yang merusak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun