Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perang Kata

5 Februari 2021   02:26 Diperbarui: 5 Februari 2021   02:39 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: muslimoderat.ne

Walau tubuhnya tak semampai dan berwajah cantik rupawan, Tika memiliki mulut yang lancar bicara. Sejak kecil semua bilang kalau dirinya anak yang cerewet. Susah disuruh gak ngomong, diam sejenak. Dan Tika selalu kena omel sama gurunya saat belajar di kelas.

Tika kecil mah, maunya ngobrol, mulutnya terasa kering kalau dia gak bicara dalam waktu yang lama. Semua kata-kata akan keluar tumpah ruah saat mulutnya mulai terbuka. Bahkan gak ada titik dan komanya.

Tapi entah mengapa Tika tetaplah Tika yang suka bicara. Bahkan bicara apa adanya , ceplas ceplos itu ciri dia. Banyak orang yang sakit hati dengan bicaranya. Padahal Tika tidak sedang menyindir mereka. Tetiba saja , mereka marah-marah padanya. Salahnya apa ya? Tapi itu semua gak bikin Tika jera bicara sesuai dengan kata hatinya .

Anehnya jaman media sosial begini, mulut Tika yang super cerewet ini beralih ke media sosial. Entah mengapa segala sesuatu uneg-unegnya semua Tika tulis di media sosial. Kini mulut Tika berpindah jadi tulisan. Semua mewakili isi hatinya. Dan bawelannya di facebook ternyata banyak mendapat perhatian banyak orang. Tetiba saja banyak yang melike statusnya. Tetiba saja folloawers makin banyak. Tetiba saja Tika jadi banyak diperbincangkan di media sosial. Dan banyak yang mau mewawancarainya.

"Wah, dari mulut bacot lu, lu bisa jadi terkenal juga Tik." Begitulah kata temannya. Tapi Tika gak peduli. Emang dia pikirin berapa likenya, berapa followernya. Tika gak peduli. Yang Tika suka hanya menulis apa yang ingin ditulis dari apa yang dia rasakan, apa yang dia lihat dalam kehidupan dirinya, masarakat umumnya. Sudah itu. Sesudahnya Tika gak pernah ngurusin. Mau like sedikit, mau yang komentar gimana. Terserah. Dia gak pernah jawab komentar sinis ataupun mendukung dirinya. Dia biarkan komentar memenuhi statusnya. Yang penting bagi Tika dia sudah mengeluarkan uneg-unegnya.

Sampai suatu saat ada yang melaporkan status dirinya , katanya status dirinya kena pasal penghinaan. Rasis pada suku tertentu. Padahal Tika hanya kesel sama tetangganya yang bakar sampah di siang bolong dan asapnya sampai rumah dan bikin asmanya kambuh.  

Saking keselnya Tika melampiaskannya di statusnya . Padahal tak ada umpatan , tak ada cacian , Tika hanya bilang , huh ini orang Batak, bener-bener keterlaluan. Bakar sampah gak ngira-ngira. Asapnya sampai rumah. Bikin asmanya kambuh.  Dan itu dibilang rasis. 

Dimana rasisnya? Menghina? Dimana menghinanya. Kalau dirinya bilang orang Batak, memang tetangganya orang Batak. Dimana salahnya ya?  Akhirnya malah jadi viral. Tika harus menutup rumahnya rapat-rapat, karena banyak wartawan yang datang untuk konfirmasi, belum dari televisi. Dan benar saja akhirnya Tika dipanggil polisi sebagai saksi. Katanya sih bisa jadi tersangka.

"Sudah mama bilang Tika, mulutmu dijaga. Kalau sudsh gini gimana?"

"Lah, apa yang salah dengan statusku? Gak ada yang negatif, hanya ada kata orang Batak. Memang dia orang batak, masa aku harus bilang dia orang Jawa,"tukas Tika kesel.

Bukan Tika kalau tak berani. Tika datang ke kantor polisi. Dia menceritakan awal muasal kenapa status itu ada. Dan tak ada maksud untuk menghina orang Batak. Tanya jawab yang sangat alot. Dan kesimpulannya Tika bukan melakukan penghinaan. Tika lega. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun