Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Santet

28 Agustus 2020   02:28 Diperbarui: 28 Agustus 2020   02:34 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: liputan6.com

Ternyata aku merasa terkurung dalam tubuh mungil perempuan ini. Sebut saja namanya Mawar. Aku terperangkap karena dukun di desa Panguragan menyuruh aku memasuki tubuh perempuan ini. Untuk membunuhnya perlahan-lahan.

Setiap asar aku selalu mengerogoti daging perempuan ini mulai dari kaki, perut, tengkuk leher dan kepalanya. Mawar selalu kesakitan. Rasa sakit yang dideritanya begitu kuat sampai Mawar harus menjerit histeris. 

Tapi iman Mawar begitu kuat. Aku tak bisa menumbangkan Mawar. Aku mulai bosan ada di dalam tubuh Mawar. Semua cara setiap hari aku lakukan tapi Mawar masih tetap hidup. 

Aku sudah meminta dukun itu untuk mengeluarkan aku, tapi dukun itu tidak mau karena dia sudah janji dengan orang yang mau Mawar mati. Malah kekuatan semakin ditambah. Aku mulai merasa sesak dan tak dapat bergerak bebas. Aku ingin keluar dari tubuh Mawar. Aku merasa iba padanya. 

Mawar begitu taat beribadah. Solatnya rajin dan dia selalu meminta pertolongan pada Allah. Lalu kenapa aku harus membunuhnya? Aku tak mengerti dengan ulah manusia. Hanya karena iri, dia menghancurkan temannya sendiri dengan santet. Malangnya hidup manusia. Pernah gak ya mereka ingat dosa mereka?

Sudah berapa kali Mawar dibawa untuk dirukyah, ternyata hanya sebgian saja yang keluar. Masih banyak di dalam tubuh Mawar. Itu membuat Mawar semakin memikirkan dirinya. Anak-anaknya suka takut akan dirinya saat Mawar mulai kesakitan dan roh-roh terus merancau begitu keras. 

Sungguh Mawar tak ingin seperti ini. Akhirnya Mawar datang ke ustad terkenal yang kaatanya bisa menyembuhkan hal seperti dirinya. Saat menunggu gilirannya, aku mulai merasa gak enak. 

Terdengar doa-doa pak ustad yang membuat aku ingin sekali keluar tapi tak bisa. Mawar juga mulai gelisah . Suara-suara mulai keluar dari tubuhnya. Sampai akhirnya aku berhadapan dengan ustad itu. Wajahnya putih bersih dan berwibawa. Aku mulai takut berhadapan dengannya.

"Kamu siapa?'tanya  ustad.

"Aku ratu jin, aku mau keluar dari sini". Aku berharap ustad ini mau melepaskan diriku. Aku mulai terasa panas di dalam.

"Benar kamu mau keluar dari tubuh ibu ini?'

"Iya, tolong pak ustad, tapi dukun itu selalu mengamati aku. Dia gak mau aku keluar dari tubuh ini."

"Nanti akan aku keluarkan kamu." Ustad itu mulai berdoa dan menyuruh diriku untuk keluar. Aku berontak dan mengeluarkan suara keras. Tapi di sisi lain dukun itu berusaha memasukan lagi diriku. Ada perang antara dukun dan pak ustad. Aku begitu kesakitan. Aku seperti ditarik dari sisi kiri dan kanan. 

Mawar terlihat gelisah dan mulai merancau dan tubuhnya mengeliat ke kiri dan kanan. Meronta-ronta karena ada pergulatan dalam tubuhnya. Pak  ustad dengan doa-daonya menyuruh aku keluar. Aku berusaha untuk keluar. Tenaga aku mulai melemah. Dan tarikan dari dukun itu mulai menguat. 

Aku harus bertahan dan menarik diriku menjauh dari dukun itu. Walau aku lelah sekali tapi aku menarik diriku kuat-kuat . Akhirnya aku bisa lepas. Mawar terkulai lemas di kursinya. Aku tertawa riang. Kini aku sudah bebaas. Dan bisa menikmati kebebasan ini tanpa terkukung dalam tubuh manusia.

"Terimakasih pak ustad."

"Pergi jauh-jauh, jangan pernah mau dimasukan dalam tubuh manusia. Kamu harus bisa menolak."

Aku mengangguk. Kini aku bisa bebas dan bisa melihat Mawar gembita lagi dan bisa menikmati hidupnya dengan hati yang damai. Aku harap jangan pernah ada lagi manusia yang mau berbuat seburuk ini. Ingat akan dosa. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun