Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Maafkan Aku Rina

17 April 2020   02:32 Diperbarui: 17 April 2020   02:32 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : tuturma.ma

Sudah seminggu ini, aku memakai pakaian rapih seperti biasanya. Bekerja . Rina, istriku selalu saja melihat apakah aku sudah rapih atau belum.

"Ah, senyum dong. Aku rasa kau sekarang jarang senyum,"tukas Rina sambil merapikan kemejaku. Aku mencoba tersenyum padanya. Aku tak mau Rina tahu kalau aku sudah tak bekerja lagi. Aku sudah kena PHK. Kini aku keluar bukan untuk kerja tapi untuk cari kerja. Tapi aku berusaha tersenyum untuk Rina.

"Nah, gitu dong, senyum." Rina mendorong pelan aku keluar rumah.  Perusahaan aku tak bisa lagi menaggung banyak bayaran apalagi penjualan semakin menurun. Untuk menggaji pegawai sudah tak ada lagi uang cadangan. Terpaksa perusahaan mengurangi karyawan. Kini aku harus menyusuri jalan untuk mencari pekerjaan. Di kafe duduk untuk  mengirim lamaran lewat email. Hanya segelas es teh manis yang menemani aku mengirim lamaran. Entah dalam suasana seperti ini, apa aku bisa berharap akan mendapat pekerjaan baru lagi? Entahlah

Sudah dua minggu aku luntang lantung. Bagaimana dengan awal bulan , kalau aku belum bisa menyetor uang gajiku pada Rina. Kaki terus melangkah tanpa tujuan. Perutku sudah mulai lapar. Belum terlihat warung makan Tegal . Aku melihat di jendela kafe. Ada lowongan pekerjaan. Tanpa pikir panjang aku mengambil pekerjaan itu. 

Tak pernah aku berpikir lagi. Paling tidak aku masih bisa memebrikan nafkah . Begitulah aku mulai kerja mengantarkan pesanan makanan. Kafe ini butuh pengantar makanannya untuk pelanggan yang memesan. Dan setiap hari menjelajah jalan kota Jakarta untuk mengantarkan makanan pesanan pelanggan.  Aku tahu , walau upahnya sedikit, aku bisa menjelaskan kalau ada pengurangan gaji dengan kondisi sekarang. Entahlah aku rasanya mulai pandai berbohong. Demi apa? Demi agar Rina tak kawatir . Demi anaknya.

Sampai aku mengantarkan pesanan makanan ke sebuah rumah di daerah Tebet. Gina. Makanan yang dipesan cukup banyak. Aku mengetuk pintu . Dan aku terpana karena Gina adalah sahabat istrinya. Kenapa sampai dia gak tahu Gina ini Gina sahabat istrinya. Yang aku tahu hanya Gina tak tahu rumahnya dimana.

            "Anto. Kamu sekarang kerja di kafe  Hany"s Burger ?"

            "Iya." Aku cepa pamit dalam tatapan aneh dan heran dari Gina. Lulusan sarjana sebagai pengantar makanan. Memang ironi.  Aku mulai berkeringat dingin. Bagaimana kalau Gina membetitahu Rina? Aku bisa membayangkan Rina akan seperti apa. Aku tahu bagaimana Rina. Aku tak tahu bagaiaman aku bisa pulang hari ini?

Dan benar saja, saat aku membuka pintu rumah, aku melihat Rina dengan muka yang begitu marah

            "Kenapa kamu bohongi aku? Kenapa, kenapa gak terus terang saja?" Begitu banyak pertanyaan . Semua ini membuat aku bingung untuk menajwabnya.

            "Nanti dulu , biarkan aku istirahat dulu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun