"Kebutuhan politik terkadang berubah menjadi kesalahan politik." - George Bernard Shaw.
Ingat film horror Ghost Rider yang dibintangi Nicolas Cage, dia seorang pemotor yang hebat sehingga tidak heran di setiap pertunjukannya selalu mengundang decak kagum pemirsa, tapi ahirnya meninggal diatas motornya sendiri.
Dalam dunia akrobat politik di tanah air, ada suatu pencapaian akrobat yang dinilai cukup gemilang pada Pemilu tahun 1999. Di Pemilu tahun tersebut pemenangnya adalah PDI-P.
Secara logika politik, partai moncong putih itulah yang pegang kendali, dan sangat wajar jika Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputeri jadi Presiden. Faktanya, Mega gagal jadi Presiden, malah KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) lah yang jadi.
Baca juga:Â Mengulik Kontradiktif Keinginan PDI-P dan NasDem di Pilpres 2024
Mantan Gubernur DKI Jakarta, yang juga  calon presiden (capres) NasDem Anies Baswedan menemui Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka di Solo, Selasa (15/11).
Anies ke Solo menemui Gibran. Itu sama saja memperlihatkan diri dan partai pengusungnya NasDem dalam kondisi linglung, ingin disebut tidak ada keretakan antara NasDem dan Anies dengan Presiden Jokowi.
Baca juga:Â Surya Paloh Cengeng? Mau Beda Jokowi tapi Tidak Mau Terima Risiko
Bisa juga diprediksi kunjungan itu, strategi Surya Paloh belum selesai mencolek Megawati, dimana colekan pertamanya menjadikan Ganjar Pranowo sebagai tiga kandidat calon presiden (capres) NasDem, lalu mendepaknya.
Setelah itu colekan kedua Surya Paloh, melalui Anies Baswedan untuk menemui  Gibran di Solo, dimana Gibran juga adalah kader PDI-P. Belum puas rupanya untuk mendekati Megawati dengan akrobatik politiknya.