Misalnya ada acara PDI-P di Semarang, bupati/walikota kader PDI-P diundang, kenapa tidak diundang Ganjar. Apapun alasan PDI-P dan termasuk alasan Ganjar, semua tidak masuk akal, harusnya Ganjar diundang dan datang.
Sadarkah semua, bahwa apa yang dipertontonkan itu menjadi catatan negatif bagi rakyat Indonesia, reputasi PDI-P bisa jatuh lho. Artinya rakyat bisa balik haluan untuk tidak memilih partai yang yang sentimentil.
Baca juga:Â Inilah Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres 2024
Belum lagi elit PDI-P di Senayan membentuk Dewan Kolonel, itu semua akan merusak strategi PDI-P sendiri. Fakta relawan Ganjar juga membentuk Dewan Kopral. Nah apa semua itu, rakyat tertawai PDI-P dan potensi pecah berantakan.
PDI-P sebagai partai politik (Parpol) pemenang Pemilu 2019 dan sekaligus berada di pemerintahan Jokowi-Maruf, semua tindakan itu terhadap Ganjar tidak mencerminkan kedewasaan berpolitik, terlepas bila ada kesalahan Ganjar.
Sikap itu bukan cerminan sikap seorang Bung Karno atau minim dari sikap sebagai pemenang, lebih pada sikap pecundang alias sentimentil atau tidak kesatria.
Baca juga:Â Menakar 3 Bacapres Partai NasDem, Siapa Korban?
Megawati harus ambil sikap, jaga nama besar Anda, nama besar PDI-P dan nama besar Soekarno. Berpolitiklah yang santun, biar masyarakat bisa belajar dan punya panutan.
Karena kalau sikap elit politik kita yang demikian rapuh dan cengeng, maka kepada siapa hendak rakyat mengadu. Kalau internal sendiri saling sikut. Demi kepentingan sesaat, Pilpres.
Hadapilah Pilpres 2024 dengan suka cita serta bahagia penuh kegembiraan, agar masyarakat bisa ikut merasakan kesejukan menuju pesta demokrasi lima tahunan itu. Bukan saling sindir antar kader.
Bagaimana pendapat Anda?
Jakarta, 23 September 2022