Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Bakar Ikan Menunggu Sahur Ramadan

12 Mei 2020   23:43 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:59 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Menu ikan bakar (Bugis: Bale Tunu) dan ikan masak atau Pallu Mara (Bugis: Bale Nasu) di Kampung Bugis Bone, Sulawesi Selatan. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN

Masa-masa sekolah dan tinggal  di kampung halaman, atau tempat kelahiran Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Pada saat Bulan Suci Ramadan sangat terasa kekerabatan. Baik antar tetangga, maupun teman-teman sekolah. Berkumpulnya menjelang shalat tarawih sampai dini hari sebelum sahur.

Begitupun pada shalat jamaah tarawih pun beramai-ramai dengan teman sekolah dan tetangga di satu mesjid yang sama. Pulang tarawih, rombongan perempuan dan laki-laki yang juga satu sekolah kumpul di satu tempat.

Karena memang sengaja menanti rombongan teman sekolah yang perempuan  tanpa janjian sebelumnya. Ada yang jalan kaki dan ada yang naik motor, saling mencari diantara banyaknya umat muslim yang berbaur jadi satu. 

Rumah Raja Bone dijadikan Tempat Tarawih 

Tempat atau kantor tersebut pada foto dijadikan tempat favorit untuk shalat tarawih tahun 1969-1976 di kampung penulis tepatnya di Watampone Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan adalah ex Gedung DPRD Bone, malam digunakan shalat jamaah tarawih. Masa ini penulis sekolah di SD.

Ilustrasi: Bulan Ramadan tahun 1969-1976 ex Gedung DPRD Bone Sulawesi Selatan dan ex Rumah Raja Bone ke-32 La Mappanyukki (Presiden Bung Karno saat ke Bone, mampir di rumah ini untuk ketemu Raja Bone), dulu rumah ini dijadikan tempat shalat tarawih berjamaah masa Bupati H. Suaib, saat ini menjadi Perpustakaan Daerah Bone. Foto ini dikirim Randy tadi siang, sengaja penulis minta untuk di tampilkan pada artikel ini (12/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Bulan Ramadan tahun 1969-1976 ex Gedung DPRD Bone Sulawesi Selatan dan ex Rumah Raja Bone ke-32 La Mappanyukki (Presiden Bung Karno saat ke Bone, mampir di rumah ini untuk ketemu Raja Bone), dulu rumah ini dijadikan tempat shalat tarawih berjamaah masa Bupati H. Suaib, saat ini menjadi Perpustakaan Daerah Bone. Foto ini dikirim Randy tadi siang, sengaja penulis minta untuk di tampilkan pada artikel ini (12/5). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ex Gedung DPRD Bone juga merupakan bekas Rumah Raja Bone. Presiden Bung Karno saat ke Bone, mampir di rumah ini. Sekarang menjadi Gedung Perpustakaan Daerah Bone. 

Foto ini dikirim Randy tadi siang (12/5), sengaja penulis minta tolong di foto untuk di tampilkan pada artikel ini. Sayang tertutup, jadi bagian dalam tidak sempat diabadikan. Banyak foto-foto Bung Karno disana. 

Ketika Bung Karno datang ke Bone untuk pertama kalinya mengunjungi Kerajaan Bone diawal tahun 1950 untuk bertemu dengan Raja Bone ke-32  La Mappanyukki, Ade Pitu Kerajaan Bone, dan seluruh Rakyat Bone dengan satu tujuan mengajak Kerajaan Bone untuk bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara paling berkesan dalam masa Ramadan itu saat sekolah di SMA, terasa kekerabatan sangat kuat dengan teman sekolah, apalagi kalau kebetulan tetangga rumah. Pastilah selalu bersama, mengisi waktu-waktu ibadah, seperti shalat tarawih dan shalat subuh.


Keterangan Video: Kebiasaan bakar ikan di kampung (Bugis Bone) terbawa di kota tempat tinggal saat ini di dua Alamat, Surabaya dan Jakarta.

Sering timbul pertanyaan dalam hati bahwa apakah kekerabatan atau pertemanan tanpa landasan materi atau status sosial identik dengan kampung. Tapi rupanya gejala milenial tersebut sudah merambah ke desa-desa terpencil. 

Sementara era modern atau milenial ini, sudah jelas dan sangat terasa kekerabatan itu hilang ditelan hedonisme. Hanyut oleh keramaian kota. Semuanya berlandaskan materi dan kepentingan duniawi.  Hal itu sudah tidak menjadi perbedaan yang mencolok antara kampung dan kota, kondisinya sudah sama.

Ilustrasi: Pohon dan buah mangga untuk mengingatkan para sahabat masa sekolah di Kampung Bugis Bone, Sulawesi Selatan. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Pohon dan buah mangga untuk mengingatkan para sahabat masa sekolah di Kampung Bugis Bone, Sulawesi Selatan. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Kocak Tapi Nyata

Sedikit penulis ingin bernostalgia masa kebersamaan sahabat-sahabat SMP dan SMA tersebut diatas. Semoga teman-teman saat kebersamaan di kampung, bisa ikut membaca artikel kocak tapi nyata ini.

Sepulang shalat berjamaah, kita tidak langsung pulang kerumah, tapi masih melanjutkan kongko bareng di satu tempat, bisa saja di warung (waktu itu belum dikenal istilah cafe). Tempatnya bergantian dan tidak selalu satu tempat saja. Rumah antar teman bisa saja menjadi giliran tempat pertemuan.

Dalam kongko bareng tersebut, gantian saling menyuguhkan makanan. Tapi sumber perolehan makanannya yang sedikit kocak. Supaya lebih menyentuh sedikit rasa kebenaran nostalgia ini,  penulis akan menyebut nama teman atau sahabat akrab se kampung.  Agar yang bersangkutan bisa mengenang kembali.

Beberapa nama teman yang penulis akan tulis, saat ini menduduki jabatan penting di daerah atau di kampung penulis sendiri tersebut. Ada yang sudah jadi Bupati, Kepala Dinas atau instansi dan sangat kurang yang memilih menjadi pengusaha, seperti pekerjaan penulis saat ini di bidang percetakan dan persampahan.

Apa kejadian kocak itu, misalnya pilihan tempat di Rumah A. Herman (saat ini menjadi Kadis Pendapan Daerah Bone). Bila tidak punya menu ringan, harus siapkan makanan berat. Misalnya harus potong ayam.

Ilustrasi: Begitu dekatnya penulis dengan Bupati A. Fahsar Padjalangi, sehingga penulis disuruh duduk di kursinya, sementara bupati berdiri bersama teman se kampung Di Bugis Bone, Sulawesi Selatan (20/2/20). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Begitu dekatnya penulis dengan Bupati A. Fahsar Padjalangi, sehingga penulis disuruh duduk di kursinya, sementara bupati berdiri bersama teman se kampung Di Bugis Bone, Sulawesi Selatan (20/2/20). Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Hari berikutnya berpindah lagi, di rumah Dr. H. A. Fahsar Mahdin Padjalangi (sekarang sebagai Bupati Bone), kebetulan di rumahnya ada pohon mangga harum manis. Walau orang tuanya tidak setuju, ya tetap kita petik mangganya dengan sembunyi-sembunyi.

Sama seperti nostalgia buah mangga, karena tidak mau ribut atau ketahuan mengambil buah mangga di pohonnya langsung, karena takut pada orang tua Sahabat A. Fahsar yang sudah jadi Bupati Bone saat ini. Mangga muda dan ikan bakar sangat enak jadi menu dalam Bulan Ramadan atau Hari biasa pada bulan yang lain.  

Kenapa foto ikan dan mangga penulis tampilkan karena banyak kesan atau kenangan yang tersimpan dalam buah mangga dan ikan bakar ini. Karena dilarang mengambil mangga bila tidak matang, padahal kita suka cicipi bila mangganya masih muda. Maka terpaksa disiasati atau mencuri mangga sendiri...hehehe

Bagaimana cara mengambilnya, satu orang yang manjat dan lainnya menunggu dibawah dengan menadah mangga tersebut pakai sarung yang dipakai saat shalat tarawih. Sarung tidak lepas sampai pulang ke rumah untuk istirahat atau makan sahur.

Kalau tiba giliran di rumah penulis, ya disiapkan pisang goreng. Karena kebetulan memiliki kebun pisang di sekitar rumah. Begitu terus bergilir dari beberapa rumah sahabat masa di kampung halaman yang tidak dapat disebut satu persatu namanya.

Ilustrasi: Ikan darat dan laut di Kampung Bugis Bone, Sulawesi Selatan. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Ilustrasi: Ikan darat dan laut di Kampung Bugis Bone, Sulawesi Selatan. Sumber: Dokpri | ASRUL HOESEIN
Bakar Ikan Menunggu Sahur

Di kampung penulis juga berada pada pesisir Teluk Bone, banyak sekali ikan dan kepiting. Bersama dengan teman-teman hampir setiap malam minggu diadakan acara bakar ikan. Ikan murah disana, kecuali Kepiting sudah mulai mahal, karena sudah banyak di ekspor. Ada juga industri pengalengan kepiting disana. 

Bakar ikan ini biasa juga dilaksanakan menjelang sahur, nanti sesudah makan sahur dilanjutkan lagi keliling kota membangunkan umat muslim untuk ibadah makan sahur. Cara modern saat ini disebut Sahur On The Road untuk berbagi makanan, tapi kami dulu tidak berbagi makanan.

Seru dan sangat berkesan sampai saat ini bila mengingat keadaan itu, yang sudah tidak bisa ditemukan lagi pola kekerabatan model kampung. Tapi faktanya juga, sampai sekarang kami bersahabat sejak sekolah di kampung, dan masih menjalin hubungan atau komunikasi sampai sekarang.

Semoga sahabatku semua yang sudah berserak dimana-mana, dalam dan luar negeri. Semoga tetap sehat selalu dan diberi rezeki dalam pekerjaannya yang masing-masing berbeda. Harapannya tetap kekerabatan itu dipelihara agar kita bisa menjadi panutan untuk memberi contoh pada generasi milenial. 

Selamat menanti sahur dan menjalankan ibadah puasa Ramadan 1441 H semoga mendapat Berkah dari Allah Swt.  Aamin Yra.

Surabaya,19 Ramadan 1441H | 12 Mei 2020M

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun