Wonosobo, Sabtu 13 September 2025. Mendaki gunung selalu terdengar menantang bagi saya. Sejujurnya, ini adalah pengalaman pertama saya mencoba menapaki jalur pendakian. Dari sekian banyak pilihan, saya akhirnya memutuskan untuk menjajal Gunung Kembang via Lengkong, jalur yang katanya ramah untuk pemula dan terkenal akan kebersihannya.
Saya tidak sendiri. Adik saya, Amar Aziz Syahputra, menjadi teman perjalanan sekaligus penyemangat. Kami berangkat dini hari, tepat pukul 02.00 WIB, dengan tekad untuk melakukan pendakian tektok, yakni naik dan turun di hari yang sama.
Sejak langkah pertama, saya langsung dibuat kagum. Jalur yang kami lalui benar-benar bersih. Hampir tak ada sampah plastik, bungkus makanan, atau botol minuman yang berserakan. Rasanya nyaman sekali berjalan di jalur yang terjaga seperti ini. Di hati kecil saya muncul kesadaran baru: gunung bisa tetap indah kalau setiap pendaki mau bertanggung jawab menjaga kebersihan.Â
Tiga setengah jam perjalanan kami tempuh dengan suasana hening, udara sejuk, dan sesekali suara hewan malam yang menemani. Lelah tentu ada, apalagi bagi saya yang baru pertama kali mendaki. Namun semua rasa itu hilang ketika pukul 05.30 WIB kami tiba di puncak.Â
Di depan mata, Gunung Sindoro berdiri gagah dengan siluetnya yang megah diterpa cahaya matahari pagi. Itu adalah hadiah paling indah yang saya dapat dari pendakian pertama ini. Rasa haru, lega, dan kagum bercampur jadi satu.Â
Pengalaman ini bagi saya lebih dari sekadar mendaki. Saya belajar bahwa gunung bukan hanya tempat untuk menantang diri, tetapi juga ruang untuk belajar menghargai alam. Jika kita mau membawa turun sampah dan menjaga kebersihan, maka keindahan itu akan terus terjaga, bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk generasi mendatang.
Pendakian pertama saya ke Gunung Kembang via Lengkong akan selalu saya kenang, bukan hanya karena pemandangannya, tetapi juga karena pelajarannya: alam yang bersih membuat kita betah, dan menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama.
Â