Mohon tunggu...
Harya Muhammad Wijaya
Harya Muhammad Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Kimia di Solo

IG: haryawijaya13 Seseorang yang suka webtoon.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berpikiran Negatif, Dipandang Buruk Padahal Bermanfaat (Kalau Bisa Menggunakannya)

23 Juni 2021   08:25 Diperbarui: 23 Juni 2021   09:14 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita sering mendengar soal negative thinking atau berpikiran negatif. Kita dibilangi untuk terus berpikir positif karena akan memberikan semangat dan harapan. Lalu apa sih, berpikiran negatif itu? Dan kenapa kok kita dibilang untuk menghindari?

Negative thinking atau berpikiran negatif secara sederhana artinya adalah berpikran buruk mengenai sesuatu. Sesuatu itu bisa jadi diri sendiri, lingkungan, atau apapun. berpikiran negatif juga tidak hanya digunakan untuk hal-hal yang ada di masa sekarang dan masa depan, tetapi juga bisa digunakan untuk hal-hal yang sudah terlalui, alias di masa lalu. 

Pikiran negatif hadir secara alami pada manusia sebagai salah satu alat survival atau keselamatan diri. Manusia bisa memikirkan masa depan, merencanakannya, dan berharap, tetapi tentu saja tidak tahu apa yang akan terjadi. Manusia hanya bisa memperkirakan, membuat skenario, dan mengarahkan kejadian-kejadian untuk mencapai suatu kejadian yang diinginkan, tetapi tidak bisa menentukan kejadian yang akan terjadi. Karena ada ketidakpastian inilah, pikiran negatif ada.

Pikiran negatif memainkan peran penting untuk meminimalkan kerugian yang mungkin muncul apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau mendorong kita untuk melakukan sesuatu dengan harapan hal buruk itu tidak terjadi. Misalkan kita sebagai siswa atau mahasiswa, pasti ada yang namanya ujian, rapor dan sejenisnya. Kita ingin agar kita bisa menjalankan ujian dengan baik, kita ingin agar nilai di rapor kita bagus, tetapi kita tidak bisa menentukan apa yang terjadi saat ujian maupun apa yang tertulis di dalam rapor. 

Mungkin saja saat ujian nanti kita tidak bisa mengerjakan dengan baik, atau ada halangan saat mengerjakan. Mungkin saja nilai di rapor kita jelek. Kita berpikiran negatif terhadap apa yang mungkin, sekali lagi, mungkin terjadi, bukan pasti terjadi. Karena kita berpikiran negatif seperti itu, kita tergerak untuk belajar, berlatih, dan memperbaiki diri dengan harapan agar kita bisa menjalankan ujian dengan baik, agar kemungkinan buruk itu tidak terjadi atau mengurangi kemungkinan terjadinya. Di sini kita melihat manfaat dari berpikiran negatif, yaitu untuk menjauhkan kita dari hal-yang tidak diinginkan.

Mari kita beralih ke kasus yang lebih besar. Bayangkan kita sedang merencanakan sebuah acara bersama teman-teman. Teman-teman kita bersemangat sekali dalam acara ini. Mereka mengutarakan rencana-rencana mereka. Ide-ide brilian mereka semuanya terdengar bagus. Kemudian kita, yang suka berpikiran negatif, melihat kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi jika acaranya dijalankan seperti yang teman kita utarakan. 

Setiap teman-teman kita mengutarakan ide mereka, yang muncul di pikiran kita adalah kekurangan dari ide tersebut dan masalah yang dapat timbul. Teman-teman kita tidak kepikiran tentang kemungkinan-kemungkinan buruk itu karena sibuk berpikir tentang hal-hal baik yang bisa terjadi. Kita pun mengutarakan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.  Kita dan teman-teman pun menambah tindakan pencegahan atau mengganti rencananya. Kita memang menghambat atau menggagalkan terjadinya rencana yang brilian tersebut. Namun, dengan berpikiran negatif yang kita lakukan itu, rencana yang terbentuk malah lebih matang dan aman, meskipun tidak seindah ide brilian tadi.

Memang benar, berpikiran negatif rasanya tidak enak, membuat stress, capek dan takut. Memang benar, mengutarakan kemungkinan buruk saat teman-teman sedang senang berdiskusi dengan ide-ide yang indah terasa separti merusak suasana. Memang benar, dengan pikiran negatif kita, acara tersebut bisa saja tidak jadi dijalankan. Akan tetapi, kalau kita bisa menempatkan berpikiran negatif yang kita lakukan di waktu dan tempat yang tepat, kalau kita bisa melakukan berpikiran negatif dengan kadar yang tepat, hasilnya akan baik, bukan?

Benar, kuncinya adalah pengendalian dan tindak lanjut dari pikiran negatif itu. Melakukan sesuatu dengan memperhatikan waktu, tempat, kondisi, dan kadar atau besarnya tindakan kita adalah bagian dari pengendalian. Kita lah yang mengendalikan pikiran kita. Kita bisa menggunakan pikiran negatif pada suatu hal sehingga pikiran kita berisi permasalahan kemudian kita tindak lanjuti dengan mencari solusi dari permasalaha-permasalahan yang muncul tersebut. Kita juga perlu mengendalikan pikiran kita agar berpikir sewajarnya.

Barangkali tidak dilakukannya kedua hal inilah yang membuat berpikiran negatif dicap buruk di masyarkat. Kebanyakan orang berpikiran negatif tanpa mengendalikannya, tidak juga berpikir sewajarnya, dan lebih parahnya lagi tidak ditindaklanjuti sehingga mengendap dalam pikiran hingga dapat merusak diri. Sepertinya itu memang konsekuensi dari berpikiran negatif. 

Oleh karena itu, dalam penggunaannya, kita perlu untuk menindaklanjuti pikiran negatif kita dengan menemukan solusi sehingga pikiran negatif tidak mengendap dalam pikiran hingga merusak diri. Biarpun begitu, ini adil, bukan? Hal yang memiliki manfaat pasti memiliki risiko juga. Adanya risiko ini seperti meminta kita untuk segera menyelesaikan permasalahan yang timbul dan kalau belum bisa menyelesaikan masalahnya, paling tidak menemukan cara-cara untuk menyelesaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun