Mohon tunggu...
Harrys Simanungkalit
Harrys Simanungkalit Mohon Tunggu... Freelancer - Hotelier

Manusia Biasa Yang Sering Overthinking

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diskriminasi Staff Maskapai Emirates Terhadap Dubes Indonesia

13 Mei 2014   20:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Photo : Kompasiana"][/caption]

Diskriminasi adalah perlakuan yang berbeda pada individu atau kelompok dengan posisi yang sama. Namun pada umumnya terminologi diskiriminasi ini berkonotasi negatif karena cenderung mengarah kepada perlakuan tidak adil. Misalnya memberi perlakuan atau pelayanan secara konkrit maupun verbal yang berbeda, karena pertimbangan jenis kelamin, suku, ras, agama dan lain sebagainya.

Diskriminasi juga kerap dilakukan oleh pihak yang merasa dirinya lebih superior kepada pihak yang dianggap inferior, meski tidak mutlak selalu begitu pola diskriminasinya. Bisa jadi perlakukan diskriminasi ini justru dilakukan oleh oknum yang merasa dirinya lebih superior kepada orang lain yang dianggap inferior, namun faktanya orang yang dianggap inferior ini ternyata lebih superior dibanding oknum yang merasa superior itu. Kasus seperti ini terjadi karena sifat apatis dan sikap tidak tau diri dari si pelaku.

Inilah yang terjadi pada Duta Indonesia untuk Teheran: Bapak Dian Wirengjurit. Diskriminasi ini justru terjadi bukan di Teheran, tetapi di negeri sendiri, Indonesia. Parahnya lagi, pelakunya adalah saudara sebangsa setanah air sendiri, yang bernama Dwi Nopiawaty, seorang staff maskapai penerbangan Emirates di airport Cengkareng, saat Pak Dian akan kembali bertugas ke Teheran dengan menggunakan pesawat Emirates EK 357 dengan jadwal penerbangan pukul 17.55 WIB.

Keluh kesah mengenai pengalaman yang tidak menyenangkan ini disampaikan sendiri oleh Bapak Dian Wirengjurit ke surat kabar Suara Pembaharuan pada tanggal 12 Mei 2014. Tentu saja sikap yang diambil oleh Pak Dian ini wajar. Beliau tidak meminta perlakuan khusus atau berlebihan seperti layaknya pejabat –pejabat negara lain yang gila hormat. Tetapi setelah membaca kronologi kejadian tersebut, staff Emirates bernama Dwi Nopiawaty ini memang sungguh keterlaluan. Entah apakah tidak pernah belajar mengenai tata krama atau memang tidak memiliki kepekaan dan kecerdasan emosi, saya tidak tau. Tanpa mempersilahkan duduk dan dengan nada suara yang sinis dan ketus (menurut Pak Dian Wirengjurit), begitulah dia melayani seorang duta Republik Indonesia.

Jika saja Dwi berperangai buruk seperti itu kepada semua penumpang Emirates (dan itu tentu saja akan menjadi rapor merah maskapai penerbangan sekaliber Emirates), mungkin Pak Dian akan maklum. Ya, bisa dimengerti karena memang sudah seperti itu perempuan bernama Dian Nopiawaty ini sejak keluar dari pabriknya. Apa boleh buat?

Nyatanya, Dian berubah menjadi sangat ramah dan murah senyum ketika melayani penumpang yang berkebangsaan asing yang kebetulan check in di waktu yang bersamaan dengan Pak Dian. Ketika balik lagi berurusan dengan Pak Dian, Dwi kembali ke wujud aslinya: beringas dan tak ramah.

Saat Pak Dian mencoba memperingatkan bahwa sikap tidak terpuji tersebut akan disampaikan secara tertulis, sambil melengos, Dwi malah menantang dengan kalimat ketus ‘Silahkan saja!’. Astaga. Kemana perginya etika? Kemana hilangnya hati nurani? Kenapa sopan santun tak lagi terjaga?

Memang bukan kita yang mengalami perlakuan buruk diskriminatif ini, tetapi tetap saja rasanya sungguh menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi karena ini dilakukan oleh saudara sebangsa sendiri. Jika kepada seorang Duta Indonesia saja dia berani menunjukkan kelakuan buruk seperti itu, bagaimana seandainya dia berhadapan dengan rakyat biasa yang tidak punya posisi apa-apa? Mungkin dia akan berlaku lebih tak terpuji lagi.

Tetapi, daripada mengutuk, lebih kita mendoakan yang baik-baik saja untuk Dwi Nopiawaty ini. Mari kita doakan semoga dia mendapat rezeki berlimpah. Rezeki dalam bentuk uang satu koper, jatuh dari langit dan tepat menimpa kepalanya. Mungkin sedikit benturan di kepalanya bisa merubah perangainya menjadi sedikit lebih baik. Amin...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun