Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Health Promoter

Master of Public Health | Praktisi Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengungkap Bahaya Kematian Mendadak setelah Minum Minuman Keras

14 September 2025   11:02 Diperbarui: 14 September 2025   11:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cloudinary.com

Suasana malam itu begitu riuh. Gelas-gelas beradu, tawa bersahutan, musik berdentum, dan botol minuman keras berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Di balik euforia itu, ada satu tubuh yang akhirnya terkulai, napasnya tersengal, lalu perlahan terhenti. Semua yang hadir terdiam, tak percaya bahwa hanya dalam hitungan jam, seseorang yang semula tampak bugar kini tak bernyawa. Inilah wajah nyata kematian mendadak akibat keracunan alkohol, sebuah ancaman yang sering dianggap sepele, tetapi bisa merenggut hidup tanpa peringatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama para ahli sebenarnya telah lama memperingatkan bahwa tubuh manusia hanya mampu menoleransi alkohol dalam jumlah terbatas. Bagi pria, batas aman berada pada dua standar minuman per hari, sementara bagi wanita hanya satu. Satu standar minuman di sini tidak berarti satu botol penuh, melainkan ukuran yang sangat spesifik yakni segelas bir kecil berisi 355 mililiter, setengah gelas wine sebanyak 148 mililiter, atau satu shot minuman keras sekitar 44 mililiter. Lebih dari itu, terlebih jika diminum dalam waktu singkat, tubuh akan kewalahan memproses alkohol yang membanjiri darah.

Yang membuat persoalan ini semakin rumit adalah kenyataan bahwa setiap orang memiliki toleransi yang berbeda-beda. Berat badan, jenis kelamin, genetik, dan kondisi kesehatan sangat memengaruhi seberapa cepat tubuh memproses alkohol. Seseorang dengan tubuh sehat dan metabolisme baik mungkin mampu menahan beberapa gelas lebih lama, sementara orang lain yang memiliki gangguan hati, jantung, atau tubuh yang lemah bisa roboh hanya dengan sedikit. Di Indonesia, risiko semakin besar karena beredarnya minuman oplosan atau minuman dengan kadar alkohol tinggi yang sering kali melebihi 70 hingga 90 persen. Satu gelas saja bisa cukup untuk memicu kerusakan fatal.

Begitu alkohol masuk ke dalam tubuh, ia diserap melalui lambung dan usus kecil, lalu beredar ke seluruh tubuh lewat aliran darah. Efek rileks yang dirasakan sebenarnya hanyalah bagian kecil dari kerjanya. Alkohol adalah depresan yang menekan sistem saraf pusat, membuat otak kehilangan kendali atas fungsi vital tubuh. Saat kadar alkohol melonjak, pusat pengatur pernapasan melambat, jantung mulai berdetak tidak teratur, tekanan darah turun, dan suhu tubuh anjlok. Ketika semua ini terjadi bersamaan, tubuh kehilangan kendali dan kematian bisa datang begitu cepat.

Jenis minuman yang dikonsumsi pun menentukan beratnya risiko. Bir dan wine, meskipun dianggap lebih ringan, tetap bisa berbahaya jika diminum berlebihan. Minuman keras seperti vodka atau wiski membawa ancaman lebih besar karena konsentrasi alkoholnya tinggi. Namun yang paling mematikan adalah minuman oplosan, cairan beracun yang sering kali tak jelas kandungannya dan bisa merusak organ dalam seketika.

Kematian mendadak akibat minuman keras biasanya disebabkan oleh keracunan akut. Ini terjadi ketika tubuh menerima terlalu banyak alkohol dalam waktu singkat sehingga sistem saraf pusat lumpuh. Otak tidak lagi mampu memberi perintah, paru-paru berhenti bekerja, jantung menyerah, dan kehidupan terhenti dalam diam. Tidak ada tanda panjang, tidak ada kesempatan untuk mundur.

Tragedi ini seharusnya membuka mata. Alkohol bukanlah sekadar cairan yang membuat pergaulan hangat. Ia adalah zat kimia yang, jika tidak dipahami batasnya, bisa merenggut nyawa lebih cepat dari yang dibayangkan. Hidup terlalu berharga untuk diakhiri oleh sebotol minuman keras. Pada akhirnya, pilihan ada di tangan kita, apakah kita ingin bijak menjaga diri, atau membiarkan diri perlahan menuju binasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun