Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Saya Bukan Komunis!

2 Januari 2020   04:04 Diperbarui: 3 Januari 2020   01:36 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setan Ireng mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya. Setelah kertas itu dibuka, ia menunjukkannya ke Bapakku. Kertas itu bergambar logo palu arit.

"Ingat lambang ini?" Tanya Setan Ireng.

"Oh, mereka yang minggu kemarin sempat datang kesini pak. Orang-orangnya memang memakai lambang itu di seragamnya." Jawab Bapak.

Setan Ireng mendekat ke arah Bapak dan kembali bertanya. "Sekarang saya tanya sekali lagi. Anda PKI?"

Bapakku yang bahkan tak tahu apa itu PKI pun kebingungan, dan dengan polos menjawab. "Bukan pak!"

"Anda PKI?" Tanya Setan Ireng untuk yang kedua kalinya.

"Bukan pak!" Jawab Bapak.

"Anda PKI?!" Tanya lagi.

"Bukan!"

Saat menjawab untuk yang ketiga kalinya itu Setan Ireng langsung menampar wajah Bapak dengan keras dan disaksikan oleh warga kampung lainnya.

"Kamu sudah bergabung dengan mereka! kamu bagian dari mereka kan?!" Tanya Setan Ireng sambil membentak. Bapakku sambil memegang wajahnya yang ditampar pun perlahan menatap mata Setan Ireng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun