Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asia Tenggara: Age of Commerce

17 November 2022   17:00 Diperbarui: 17 November 2022   17:02 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden.

Penamaan Age of Commerce atau masa kurun niaga, tidak terlepas dari sejarah yang ada dunia pada saat itu, yang tentu saja sangat di pengaruhi dengan bangsa-bangsa Eropa, Di Eropa, tahun 1450-1680 dapat dibagi dalam zaman Renaisans (1453), Reformasi (1618), dan juga zaman Eksplorasi dan Ekspansi Eropa ke Amerika, Asia, dan seterusnya. 

Pada masa itu mulai muncul kapitalisme Eropa yang akhirnya menyebar ke berbagai belahan dunia melalui koloni-koloninya maupun perusahaan dagang eropa yang ada di berbagai belahan dunia. Maka dari itu munculnya Kapitalisme di Eropa juga memunculkan Kapitalisme awal pada Sejarah Asia Tenggara.

Dengan adanya zaman perniagaan ini, menurut Anthony Reid tidak membuat kawasan Asia Tenggara itu menjadi padat penduduknya. Dalam bukunya Reid, menganggap hampir di setiap wilayah di Asia Tenggara memiliki penduduk yang sedikit di bandingkan dengan lahan yang ada. Lahan di Asia Tenggara ini pun juga didominasi oleh hutan tropik atau rawa-rawa.

Selama berabad-abad, kenaikan jumlah penduduk di Asia sangat rendah, yakni sekitar kurang dari 0,5 persen setahun. Baru pada permulaan abad ke-19, penduduk Asia Tenggara, khususnya Jawa dan Thailand, meningkat secara mencolok. Sebelum itu, penyakit, perang, dan juga epilog perang yang mengakibatkan gagalnya panen, rusaknya persawahan dan tanaman lain, menyebabkan penghitungan kembali jumlah penduduk agak sukar.

Namun angka yang didapat oleh Anthony Reid ini tidak memperhitungkan jumlah manusia di luar kekuasaan kerajaan, seperti yang berada di dataran tinggi (pegunungan), budak, pembantu bujang, dan juga jangkauan kewajiban pajak dan militer, dikarenakan adanya faktor geografis, status sosial, alasan politik dan ekonomi.

Ada beberapa faktor penyebab ramainya wilayah di Asia Tenggara khususnya di Kepulauan Nusantara ramai pada abad ke-15-17 masehi atau masa kurun niaga. Pertama, permintaan rempah-rempah yang meningkat. 

Rempah-rempah menjadi komoditas yang paling dicari pada masa ini terutama oleh bangsa-bangsa eropa karena ditaklukkannya Konstatinopel pada tahun 1453 oleh kesultanan Turki Utsmani yang membuat perdagangan rempah yang berasal dari asia afrika tidak bisa ke Eropa karena Turki Utsmani menutup akses perdagangan dengan bangsa barat yang membuat harga rempah-rempah menjadi naik di Eropa.

 Alhasil dengan ditemukannya kepulauan rempah-rempah di Maluku oleh orang-orang Portugis pada tahun 1512 yang melalui arah barat dan diikuti oleh bangsa Spanyol pada tahun 1521 dari arah timur, kemudian beberapa abad selanjutnya disusul oleh Belanda dan Inggris. 

Dengan banyaknya bangsa-bangsa barat yang datang untuk mencari rempah-rempah ke Maluku ini membuat daerah-daerah sekitarnya (Kepulauan Nusantara) menjadi ramai akan para pedagang ataupun para pelayar yang ingin singgah sebelum melanjutkan perjalanannya dari/ke Maluku.

Lalu berkembangnya sistem pelayaran juga turut memiliki peranan penting dalam ramainya Kepulauan Nusantara pada masa kurun niaga. Dikenalnya sistem angin oleh para pelaut yang ingin pergi ketempat jauh ataupun untuk para nelayan untuk menentukan melayar mecari ikan dan kembali ke darat, mengenal jenis-jenis angin sendiri berguna untuk para pedagang yang menggunakan kapal untuk menentukan waktu yang tepat untuk pergi ke suatu tempat seperti mengetahui angin muson timur dan barat untuk mengatur perjalanan mereka yang melaut yang melewati perairan Nusantara. Selain itu ditemukannya Kompas juga turut mempermudah para pelayar ini untuk mencari rute tercepat selama berada di lautan.

Kemudian faktor yang lain ialah meningkatnya kualitas kapal/jung. Ini bisa dilihat dari laporan orang Portugis yang pertama kali sampai di Nusantara menceritakan bahwa orang Jawa sekitar tahun 1500 mendominasi perdagangan di perairan Indonesia, termasuk Melaka di sebelah barat dan Maluku di sebelah timur.

Dikatakan bahwa orang Jawa membuat kapal dengan halauan kapal memakai papan yang dihubungkan dengan pasak dan menggunakan paku besi dan penjepit untuk menopang pasak yang menghubungkan papan-papan tersebut. Bahkan Undang-undang Maritim Melaka disusun pada waktu itu oleh sekelompok pemilik kapal Melaka yang sebagian besar berasal dari Jawa.

Sumber:

  • Poesponegoro, M. D. (1984). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Putaka.
  • Reid, A. (2004). Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka LP3ES.
  • Reid, A. (2011). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 
  • Reid, A. (2014). Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun