Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perpustakaan di Era Digital: Menjaga Ruang Pengetahuan

17 September 2025   21:28 Diperbarui: 17 September 2025   21:28 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Gambar via Canva Diolah Oleh Penulis Penuh Tanya)

Ditulis Oleh: Harmoko (Penulis Penuh Tanya)

Perpustakaan pernah menjadi simbol pencapaian tertinggi dalam peradaban manusia. 

Ia hadir bukan sekadar sebagai tempat menyimpan buku, melainkan ruang hidup di mana gagasan bertemu, pengetahuan diperdebatkan, dan kesadaran kebangsaan dibentuk. 

Dalam ruang baca yang sederhana, tercipta diskusi-diskusi besar yang mampu mengubah arah sejarah. 

Buku menjadi senjata perjuangan, sedangkan rak-rak perpustakaan menjadi benteng yang melahirkan pemikiran kritis.

Namun, seiring laju teknologi, posisi perpustakaan perlahan mengalami pergeseran. Kini, informasi tersedia dalam genggaman melalui gawai. 

Hanya dengan sekali klik, jutaan data dan referensi dapat diakses tanpa perlu melangkah ke ruang perpustakaan. 

Kondisi ini membuat kunjungan ke perpustakaan semakin jarang, meski mayoritas publik masih menganggap keberadaannya penting. 

Kenyataannya, hanya segelintir orang yang rutin datang, entah untuk belajar, mencari suasana tenang, atau sekadar menikmati aroma khas buku lama.

Inilah tantangan besar perpustakaan di era digital: bagaimana menulis ulang riwayatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun