Ditulis Oleh: Harmoko (Penulis Penuh Tanya)
Perpustakaan pernah menjadi simbol pencapaian tertinggi dalam peradaban manusia.Â
Ia hadir bukan sekadar sebagai tempat menyimpan buku, melainkan ruang hidup di mana gagasan bertemu, pengetahuan diperdebatkan, dan kesadaran kebangsaan dibentuk.Â
Dalam ruang baca yang sederhana, tercipta diskusi-diskusi besar yang mampu mengubah arah sejarah.Â
Buku menjadi senjata perjuangan, sedangkan rak-rak perpustakaan menjadi benteng yang melahirkan pemikiran kritis.
Namun, seiring laju teknologi, posisi perpustakaan perlahan mengalami pergeseran. Kini, informasi tersedia dalam genggaman melalui gawai.Â
Hanya dengan sekali klik, jutaan data dan referensi dapat diakses tanpa perlu melangkah ke ruang perpustakaan.Â
Kondisi ini membuat kunjungan ke perpustakaan semakin jarang, meski mayoritas publik masih menganggap keberadaannya penting.Â
Kenyataannya, hanya segelintir orang yang rutin datang, entah untuk belajar, mencari suasana tenang, atau sekadar menikmati aroma khas buku lama.
Inilah tantangan besar perpustakaan di era digital: bagaimana menulis ulang riwayatnya.Â