Jangan Asal "Install Harapan"
PDKT itu bukan aplikasi. Jangan asal klik "install" harapan kalau belum baca Terms & Conditions. Jangan juga langsung masuk ke folder "cinta sejati" padahal baru diunduh versi trial-nya.
Sering kali kita salah sangka. Dikiranya sedang didekati, ternyata cuma jadi teman cerita. Di kepalamu sudah terbayang dinner romantis, di kepalanya kamu cuma partner diskusi skripsi.
Lalu siapa yang salah? Dia yang terlalu ramah, atau kamu yang terlalu baper?
Kenyataannya, dalam dinamika PDKT, yang sering jadi jebakan bukan tindakan orang lain---tapi interpretasi kita sendiri. Kita terlalu ingin diterima, sampai lupa mengecek realitas.
Mengapa Kita Gampang Baper dan Geer?
Secara psikologis, perasaan geer dan baper saat PDKT punya akar yang lebih dalam daripada sekadar "gampang bawa perasaan". Setidaknya, ada empat alasan umum:
1. Kebutuhan Akan Afeksi
Saat kesepian atau sedang dalam fase "haus validasi", respons kecil bisa terasa seperti afeksi besar. Sekadar "selamat pagi" bisa membuat hati melayang, apalagi kalau dikirim dua hari berturut-turut.
2. Kurangnya Komunikasi Terbuka
PDKT sering terjebak di zona kode. Tidak ada yang bertanya, tidak ada yang menyatakan maksud. Semua hanya menebak dan berharap. Sementara harapan tanpa komunikasi ibarat naik ojek tanpa tahu tujuannya---bisa nyasar ke friendzone.