"Silakan perkenalkan diri Anda..."
Kalimat yang tampak sederhana ini mendadak bisa mengeringkan tenggorokan, membuat jantung berdebar seperti habis minum lima gelas kopi, dan memaksa otak untuk menggali memori kuliah yang sudah tertimbun konten TikTok dan drama Korea. Selamat datang di dunia interview kerja---arena gladi mental yang bagi sebagian Gen Z terasa lebih menegangkan daripada nembak gebetan.
Tapi benarkah interview kerja sebegitu menakutkannya bagi Gen Z? Atau ada sesuatu yang lebih dalam yang membuat mereka terlihat canggung, gugup, bahkan trauma setelah sesi wawancara? Mari kita bedah satu per satu.
1. Dunia Kerja dan Dunia Digital: Dua Semesta Berbeda
Gen Z adalah generasi yang tumbuh dengan internet dalam genggaman. Mereka terbiasa berkomunikasi melalui emoji, stiker, dan caption singkat. Ketika harus beralih ke komunikasi formal---dengan struktur, tatap muka (baik langsung maupun daring), dan gaya bahasa yang berbeda---terjadi culture shock. Dunia interview mengharuskan Gen Z tampil percaya diri, artikulatif, dan profesional. Sayangnya, tidak semua dari mereka terbiasa dengan format komunikasi seperti ini.
Lebih jauh lagi, ekspektasi pewawancara sering kali masih berakar pada norma kerja generasi sebelumnya, terutama Baby Boomer atau Gen X. Maka tak jarang, ketika pewawancara bertanya, "Apa kelebihan Anda?" atau "Kenapa kami harus memilih Anda?", Gen Z terjebak antara ingin jujur ala medsos atau menyesuaikan diri agar tampak profesional. Dilema inilah yang membuat banyak dari mereka terlihat kaku dan tidak siap.
2. CV Sudah Menawan, Mental Masih Kegencet
Bukan berarti Gen Z tidak mampu. Banyak dari mereka memiliki portofolio yang mentereng---mereka bisa membuat konten viral, magang di tempat bergengsi, bahkan punya usaha kecil-kecilan sejak SMA. Namun, ketika memasuki ruang interview, ketakutan akan penilaian justru mendominasi.
Ini erat kaitannya dengan tekanan sosial yang mereka hadapi sejak dini. Di media sosial, semua orang terlihat sukses, punya kerja bagus, dan "happy life". Maka saat mereka duduk di kursi wawancara, muncul ketakutan: "Apa saya cukup layak?", "Apa saya akan gagal dan mengecewakan orang tua?"---pertanyaan yang menggerogoti kepercayaan diri.
3. Interview yang Terlalu Kaku: Seolah Tak Mengenal Zaman