Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Utang Keluarga Dibebankan ke Kita Sendiri: Bertanggung Jawab atau Terjebak?

17 Juli 2025   09:25 Diperbarui: 17 Juli 2025   09:25 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap tersenyum meski dompet kosong---beban utang keluarga kadang tak terlihat dari luar./Ilustrasi Gambar dihasilkan dengan bantuan AI. (17/7/2025)

"Menolong keluarga itu mulia. Tapi jangan sampai kemuliaanmu berubah jadi kerugian finansial permanen." --- Penulis Penuh Tanya

1. Ketika "Pinjam Dulu" Jadi "Tolong Bayarin Sekalian"

Awalnya diminta bantu nego, lalu jadi penanggung jawab. Ini jebakan klasik.

Contoh: "Awalnya saya cuma bantu ngurus cicilan motor adik, lama-lama malah saya yang terus bayar. Dia bilang belum bisa kerja lagi."

Refleksi:

Niat baik bisa berubah jadi bencana kalau tanpa batas dan kejelasan.

---

2. Pahami Posisi Hukummu

Jika namamu dicatut untuk pinjaman, apalagi KPR atau pinjol, kamu bisa jadi penanggung hukum.

Tips: Periksa apakah kamu tercatat sebagai penjamin atau hanya "teman tanda tangan". Kalau ada perjanjian tertulis, jangan disepelekan.

---

3. Komunikasikan Beban yang Kamu Rasakan

Jangan diam saja tapi mendidih dalam hati. Sampaikan pada keluarga bahwa kamu merasa terbebani.

Gunakan kalimat "saya merasa..." bukan "kamu menyusahkan..."

Contoh:

"Saya merasa makin sulit menabung karena harus menutup cicilan itu. Kita bisa cari solusi bareng?"

---

4. Buat Batas yang Sehat (Boundaries)

Bantu secukupnya, bukan sepenuhnya. Kalau tidak ada perubahan, berhak bilang "tidak".

Strategi: Batasi bantuan hanya pada tahap awal. Selanjutnya, beri dukungan non-finansial seperti bantu cari kerja atau rintis usaha.

---

5. Jangan Biarkan Diri Jadi ATM Keluarga

Kalau kamu satu-satunya yang dianggap "pasti bisa bantu", bersiaplah jadi bank berjalan.

Solusi: Buka pembicaraan keluarga. Bahas peran dan kontribusi masing-masing. Tidak harus semua sama, tapi harus adil.

---

Penutup Reflektif:

Bertanggung jawab pada keluarga adalah tanda cinta. Tapi mencintai diri sendiri juga bentuk tanggung jawab. Jika kamu terus menanggung utang yang bukan kamu buat, pertimbangkan untuk berhenti jadi pahlawan diam-diam. Bantu secukupnya, arahkan seperlunya, dan lindungi kesehatan mental serta finansialmu.

Setelah melewati serangkaian ide dan pertanyaan, mari rehat sejenak---tapi jangan berhenti berpikir, ya!

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

--- Harmoko -- Penulis Penuh Tanya

Semoga secangkir kopi dan sejumput pertanyaan membuat pagi harimu semakin penuh makna.

---

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun