Dalam proses rekrutmen tenaga kerja, peran Human Resource Development (HRD) tidak dapat diremehkan.Â
HRD bukan hanya menjadi representasi perusahaan, tetapi juga berperan sebagai "gerbang utama" yang menentukan apakah seorang kandidat akan diterima atau tidak.Â
Ironisnya, justru karena posisi strategis ini, banyak pencari kerja merasakan ketidaknyamanan saat harus berhadapan dengan HRD.Â
Pertanyaannya: mengapa interaksi dengan HRD sering kali menimbulkan kecemasan?
Salah satu penyebab utamanya adalah ketimpangan posisi antara HRD dan pelamar kerja.Â
Dalam proses seleksi, HRD memiliki kuasa penuh untuk menyaring, menilai, hingga memutuskan nasib kandidat.Â
Relasi yang timpang ini menciptakan rasa inferioritas di kalangan pelamar.Â
Kandidat merasa seolah-olah harus menampilkan versi terbaik dirinya dalam waktu singkat, padahal proses tersebut tidak jarang diselimuti tekanan psikologis.
Selain itu, kurangnya transparansi dalam proses rekrutmen juga turut memperparah situasi.Â
Banyak kandidat mengeluhkan minimnya informasi terkait kriteria penilaian, tahapan seleksi, maupun alasan di balik keputusan HRD.Â