"Kenapa kamu tertarik melamar di perusahaan ini?"
Pertanyaan sejuta umat dari HRD yang kadang bikin pelamar merasa sedang ikut audisi acara TV: gugup, gemetar, dan berharap tidak salah menyebut nama perusahaan.Â
Tapi pernah nggak sih dibalik? Apa HRD pernah nanya ke cermin: "Apa aku sudah jadi HRD idaman?"
Di era digital yang serba cepat dan penuh meme ini, ekspektasi pelamar kerja (terutama generasi Z dan milenial) juga ikut berevolusi.Â
Mereka nggak cuma cari gaji dan tunjangan BPJS, tapi juga cari HRD yang relatable, komunikatif, dan manusiawi.Â
HRD bukan lagi sekadar 'penjaga gerbang' rekrutmen, tapi jadi brand ambassador pertama perusahaan.
Yuk, kita bahas dengan gaya santai: bagaimana sih caranya menjadi HRD idaman?
Pertama. Ekspresi Wajah Jangan Kayak Token Listrik Hampir Habis
Kandidat sudah cukup gugup, jangan ditambah dengan tatapan HRD yang kaku kayak soal ujian nasional.Â
Senyuman kecil bisa mencairkan suasana. Ingat, HRD yang ramah lebih disukai daripada HRD yang terlihat sedang menghitung utang negara.