Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menjadi sorotan publik setelah memperkenalkan kebijakan kontroversial namun berdampak signifikan: mengirim siswa nakal ke barak militer sebagai bagian dari program pendidikan penguatan karakter.Â
Program ini, yang tengah diuji coba di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, Purwakarta, disebut memberikan "efek kejut" terhadap perilaku para remaja di wilayah tersebut.
Langkah ini muncul di tengah kekhawatiran yang kian meningkat tentang meningkatnya kenakalan remaja, terutama yang berkaitan dengan bolos sekolah, tawuran, penyalahgunaan media sosial, hingga keterlibatan dalam geng motor.Â
Menurut Dedi, pendekatan konvensional melalui sanksi administratif atau pembinaan di sekolah saja belum cukup efektif menekan angka kenakalan di kalangan pelajar.
Dalam kunjungannya ke barak militer di Purwakarta pada Sabtu (3/5/2025), Dedi menjelaskan bahwa siswa yang dikirim ke sana bukan untuk mendapatkan hukuman fisik, melainkan untuk menjalani pembinaan kedisiplinan dan pembentukan karakter melalui pendekatan militeristik yang terstruktur.
"Anak-anak ini tidak diperlakukan kasar. Mereka diajak untuk mengenali nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, rasa hormat, serta semangat gotong royong. Semua dilakukan dalam suasana yang tegas namun mendidik," ujar Dedi saat berbicara kepada wartawan.
Selama berada di barak, para siswa mengikuti rutinitas ketat seperti bangun pagi, baris-berbaris, kerja kelompok, sesi motivasi, serta kegiatan pembinaan rohani.Â
Program ini biasanya berlangsung selama 7 hingga 14 hari, tergantung pada tingkat pelanggaran dan evaluasi psikologis siswa.
Salah satu poin utama yang disampaikan Dedi adalah apa yang ia sebut sebagai "efek kejut".Â
Ia menilai bahwa meskipun hanya sebagian siswa yang dikirim ke barak, keberadaan program ini sudah menimbulkan pengaruh psikologis yang luas kepada para remaja lainnya.