Puncak ibadah haji semakin dekat. Wukuf di Arafah yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis, 5 Juni 2025, menuntut kesiapan lahir dan batin seluruh jemaah. Namun, di tengah cuaca ekstrem yang melanda Tanah Suci dan padatnya Masjidil Haram menjelang puncak ibadah, para jemaah Indonesia menunjukkan sikap bijak: mereka memilih mengurangi aktivitas ke luar hotel dan memusatkan ibadah di sekitar pemondokan.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Selain menjaga stamina, keputusan itu juga untuk menghindari risiko heat stroke, sebuah ancaman kesehatan nyata akibat suhu yang sudah menembus 45 derajat Celsius dan diperkirakan naik hingga 50 derajat pada hari-H wukuf.
Shalat Jumat Terakhir, Masjid Sekitar Hotel Penuh
Hari Jumat, 30 Mei 2025, menjadi Jumat terakhir sebelum wukuf, momen yang biasanya dimanfaatkan jemaah untuk beribadah di Masjidil Haram. Namun, tahun ini situasinya berbeda. Banyak jemaah Indonesia memutuskan untuk tidak ke Masjidil Haram, melainkan melaksanakan shalat Jumat di masjid kecil sekitar hotel atau di musala pemondokan.
Di kawasan Syisyah Raudah, misalnya, jemaah di Hotel 421 menunaikan shalat Jumat di sebuah masjid kecil di belakang hotel. Masjid dua lantai itu sudah penuh sesak bahkan sebelum pukul 11.00 waktu Arab Saudi. Halaman pertokoan di sekitarnya pun disulap menjadi ruang shalat darurat.
"Sebenarnya ingin sekali ke Masjidil Haram, apalagi ini Jumat terakhir sebelum puncak haji. Tapi kita harus realistis. Panas luar biasa, dan padat sekali. Lebih baik jaga kondisi," kata Ediwanto Nurdin, jemaah asal Indonesia yang bermukim di sektor tersebut.
Keputusan serupa juga diambil Muchsin, jemaah asal Tangerang, yang menginap di Hotel Al Ghadeer, Syisyah. "Kami lebih banyak tinggal di hotel dan hanya ibadah di masjid hotel. Tenaga disimpan dulu untuk Arafah," ujarnya.
Panas Makin Menjadi: Heat Stroke Mengintai
Menurut data Kementerian Kesehatan Arab Saudi, suhu udara di Mekkah diperkirakan akan mencapai 50 derajat Celsius pada hari wukuf. Ini bukan suhu biasa. Dalam kondisi seperti ini, risiko terkena heat stroke meningkat drastis, apalagi jika jemaah berada di luar ruangan tanpa pelindung yang memadai.
Dr. Taruna Ikrar, anggota Amirulhajj Indonesia, menyebut bahwa heat stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu diwaspadai semua jemaah. "Gejalanya bisa berupa sakit kepala, mual, jantung berdebar, bahkan pingsan. Ini bisa berakibat fatal kalau tidak ditangani dengan cepat," jelasnya.