Uji Validasi terhadap Manusia
Untuk menguji efektivitas alat ini dalam konteks nyata, para peneliti melakukan pengujian terhadap 100 individu.Â
Sekitar separuh dari partisipan merupakan penderita CKD yang telah terdiagnosis, sementara separuh lainnya merupakan kelompok kontrol tanpa riwayat penyakit ginjal.Â
Seluruh partisipan mengenakan masker sensor tersebut, dan napas mereka dianalisis untuk mendeteksi keberadaan metabolit yang menjadi indikator CKD.
Hasilnya sangat menggembirakan. Sensor mampu mengidentifikasi penderita CKD dengan tingkat akurasi 84% (true positive rate) dan mengenali individu sehat dengan tingkat akurasi 88% (true negative rate).Â
Lebih dari itu, data yang diperoleh menunjukkan bahwa pola metabolit dalam napas juga dapat digunakan untuk mengestimasi stadium penyakit, sehingga membuka kemungkinan penggunaan alat ini dalam pemantauan progresi CKD secara berkala.
Implikasi Klinis dan Sosial
Penemuan ini memiliki implikasi yang luas. Pertama, dari sisi klinis, sensor ini memungkinkan proses skrining yang cepat dan tidak menyakitkan, yang sangat berguna untuk mendeteksi CKD pada tahap awal sebelum terjadi kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki.Â
Kedua, alat ini dapat digunakan secara berkala oleh pasien yang telah terdiagnosis CKD untuk memantau kondisi mereka di luar lingkungan rumah sakit, sehingga memungkinkan manajemen penyakit yang lebih responsif.
Ketiga, dari sisi sosial-ekonomi, inovasi ini menjawab kebutuhan negara-negara berkembang akan perangkat medis yang murah dan mudah digunakan.Â
Dalam konteks layanan kesehatan primer atau di daerah terpencil yang minim fasilitas laboratorium, masker sensor ini berpotensi menjadi solusi diagnosis awal yang andal.