Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Penundaan Tarif Impor Trump terhadap Pasar Keuangan Global

10 April 2025   16:38 Diperbarui: 10 April 2025   16:38 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Okonjo-Iweala menekankan kekhawatirannya terhadap potensi fragmentasi perdagangan global berdasarkan garis geopolitik. Ia memproyeksikan bahwa sebuah ekonomi global yang terpecah menjadi dua blok yang saling berkonfrontasi dapat menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) riil global hingga hampir 7% dalam jangka panjang. Angka ini menunjukkan betapa besarnya potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh ketegangan AS-China.

 

Peringatan ini menyoroti urgensi untuk mencari solusi damai dan berbasis kolaborasi dalam menyelesaikan perselisihan perdagangan antara AS dan China.  Konflik yang berkepanjangan tidak hanya akan merugikan kedua negara tersebut, tetapi juga akan menimbulkan dampak domino yang meluas ke seluruh dunia, mengganggu rantai pasokan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.  Penting bagi kedua negara untuk memprioritaskan dialog dan negosiasi untuk menghindari skenario terburuk yang diprediksi oleh WTO.  Kegagalan untuk mencapai kesepakatan dapat berujung pada penurunan signifikan dalam perdagangan internasional dan kerugian ekonomi yang besar bagi seluruh dunia.

Rupiah Menguat di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Trump: Permainan Ketidakpastian yang Memicu Volatilitas Pasar

 

Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan terhadap dolar AS menyusul penundaan sebagian tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Penguatan rupiah ini sejalan dengan penguatan beberapa mata uang negara berkembang lainnya, seperti peso Filipina, won Korea, baht Thailand, dan ringgit Malaysia. Hal ini terjadi di tengah melemahnya indeks dolar AS (DXY) yang berada di kisaran level 102, atau turun 5,38% secara tahun kalender berjalan.

 

Pada perdagangan 10 April 2025, rupiah dibuka di level Rp 16.832 per dolar AS, menguat 0,23% dibandingkan penutupan sebelumnya, bahkan sempat menyentuh level Rp 16.735 per dolar AS (data Bloomberg). Penguatan ini mencerminkan respon positif pasar terhadap penundaan tarif Trump, meskipun ketidakpastian tetap membayangi.

 

Ketidakpastian yang diciptakan oleh kebijakan ekonomi Trump yang seringkali berubah-ubah telah menjadi ciri khas pemerintahannya. Hal ini, menurut Telisa Aulia Falianty, Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, menciptakan kondisi yang tidak diinginkan oleh pelaku usaha. Kebijakan Trump, kata Telisa, secara bersamaan menekan dan menggairahkan pasar, sebuah "permainan" ketidakpastian yang memicu volatilitas.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun