Mohon tunggu...
Harits Alam Maulana
Harits Alam Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biology

Manusia yang mencintai alam sepenuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Fly The Pandemic Away

15 Juli 2021   13:47 Diperbarui: 15 Juli 2021   14:09 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

mirip dengan ibu yang mengantar anaknya untuk tampil menari di suatu pentas di sekolah,  ya? Entahlah. Tapi yang jelas, aku tidak pernah sebangga dan sebahagia ini melihat orang  lain terbang paralayang. 

Perjalanan kami berlanjut dengan try out kedua yang kami laksanakan di Tulungagung pada  September 2020. Sayangnya, dari tim kami hanya aku dan Harits saja yang berangkat karena  Carina dan Joanna tidak mendapatkan izin orang tua untuk keluar kota. 

Harits pun belum  mendapatkan izin dari Mas Get untuk terbang disana, jadi ia hanya ground handling di  sekitaran pantai saja. Kegiatan kami bertempat di area Pantai Gemah yang digunakan untuk  landing, dengan take off dari bukit di dekat pantai, yang kemudian dinamakan atam karena  memang berada di atas tambak. Angin berhembus dari arah laut dengan cukup kencang.  

Terbiasa dengan angin pegunungan di Puncak, aku perlu beberapa kali terbang untuk  membiasakan diri. Tulungagung dipilih sebagai lokasi try out kedua dan assessment kami  karena di Banda Neira nanti karakteristik anginnya akan jauh lebih mirip di Tulungagung  daripada di Puncak. Sebenarnya ada tempat take off lain di Tulungagung, yakni di bukit yang  jauh lebih tinggi dan jauh dari area landing bernama tumpak marji, namun saat itu tim merasa  belum perlu melakukan penerbangan dari tumpak marji, ditambah akses yang masih sulit  kesana. 

Selama kegiatan try out dan assessment kami di Tulungagung, kami banyak dibantu oleh  Raju Andika, salah satu pegiat paralayang di Tulungagung. Kami kenal dengan Raju karena  ia murid Mas Get juga, dan ia aktif mengembangkan klub Mahesa Paragliding di Tulungagung. Raju sudah lama tinggal di Tulungagung, keluarganya pun menyambut kami  dengan sangat baik. 

Kami bahkan sempat tinggal di rumah nenek Raju, dan ibu Raju selalu  menghidangkan masakan terbaik dari hasil laut Tulungagung. Sayangnya, kami hanya  berkegiatan disana selama 5 hari saat try out kedua dan 3 hari saat assessment. Namun, hanya  dengan beberapa hari tersebut, kami sudah akrab bagaikan keluarga. 

Setelah kegiatan assessment di Tulungagung usai, tim kembali menghadapi berbagai  tantangan, terutama mengenai keberangkatan ke Banda Neira. Melalui diskusi yang panjang  serta setelah berkonsultasi dan koordinasi dengan banyak pihak, tim kami memutuskan untuk  melaksanakan kegiatan kami hingga lapangan assessment dan pengabdian saja. Namun,  mimpi ke Banda Neira tetap kami kantongi dalam kegiatan lain, dengan tetap membawa  nama divisi paralayang Mapagama. 

Karena sebelumnya dalam try out kedua dan assessment di Tulungagung hanya aku dan  Harits yang berangkat, dan hanya aku yang mengikuti assessment teknis dan manajemen,  akhirnya pada April 2021 tim memutuskan untuk kembali berkegiatan di Puncak, Bogor  yakni try out, pengabdian, dan assessment. Kegiatan ini menjadi puncak dari kegiatan tim  gladimadya Banda Neira. Beruntungnya, Joanna dan Hanggara dapat berpartisipasi dalam  kegiatan kali ini. Sayangnya, Carina dan Mas Mike masih harus absen karena agenda  akademik yang tidak dapat ditinggalkan.

Agenda try out kedua kami di Puncak masih kurang lebih sama seperti try out sebelumnya,  hanya saja try out kali ini memiliki target yang berbeda. Harits saat ini berfokus untuk  menambah jam terbang guna mengejar sertifikasi PL1, sedangkan aku, Joanna, dan Hanggara  masih memiliki peranan yang kurang lebih sama dengan try out pertama. Try out kedua kami  di Puncak terasa jauh lebih tertata dan nyaman, karena sudah banyak evaluasi dari try out  pertama kemarin. 

Anggota tim juga telah saling mengenal satu sama lain lebih jauh, jadi  untuk komunikasi pun lebih mudah. Walaupun Carina absen, tim kami menyesuaikan dengan  membagi tugas. Tak lupa, ada briefing dan evaluasi yang rutin kami lakukan sebelum dan  sesudah kegiatan untuk saling kontrol dan mempermudah kegiatan kami ketika di lapangan. 

Kegiatan kami di Puncak kali ini spesial, karena bertepatan dengan bulan Ramadan bagi para  muslim, yang sekaligus menjadi tantangan baru bagi tim karena kami semua belum pernah  ada yang berkegiatan paralayang sembari berpuasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun