Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Apa yang Terjadi pada Otak Pecandu Narkoba?

25 Juni 2019   23:07 Diperbarui: 26 Juni 2019   19:52 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menghapus ingatan lewat kerja otak. (shutterstock)

Apa yang membuat manusia demikian bahagia melihat penderitaan manusia lain? Membuat manusia sekutu kegirangan mendengar Nagasaki dan Hirosima luluh lantak? Sebetulnya jawabannya sama persis dengan apa yang membuat manusia berteriak "goal" saat kesebelasan jagonya menang? 

Sepertinya tidak masuk dinalar jikalau ada manusia dengan kesadaran penuh bahkan dengan bahagia meledakkan "petasan" yang mengakibatkan kerusakan di sebuah toko akan tetapi juga tahu kalau dia pasti ikut mati dalam kejadian tersebut.

Sebetulnya bukan tidak ada penjelasan ilmiahnya kalau ada manusia yang kecanduan demi mengejar untung, pujian, sanjungan atau apalah yang membahagiakan terus sampai dia harus bunuh diri. Hal ini persis seperti manusia yang kecanduan narkoba. Manusia bisa merasakan sangat bahagia dengan dimotivasi bisa masuk dalam kategori manusia yang sukses, mereka akan kecanduan datang dalam sesi motivasi semacam ini.

Perkara nantinya sukses beneran atau enggak itu bukan soal penting. Motivasi "untung" memang begini cara kerjanya.

Apakah dengan modal nasehat para kyai, manusia pecandu narkoba bisa lepas dari kebiasannya mengejar untung kegembiraan dan kebahagiaan yang mereka dapat secara instan? 

Pada pusat neurosain beberapa negara, menghilangkan kecanduan narkoba bisa dengan cara instan semisal dengan Functional Neurosurgery atau Bedah saraf fungsional. Operasi ini bisa dengan cara memasang elektroda, atau melakukan lessioning atau merusak nucleus tertentu di otak.

Sebenarnya penjelasan neurosains soal hal ini tidak terlalu rumit Ada satu eksperimen terkenal dimana sekelompok saintis memasang elektroda di otak beberapa tikus. 

Di tahun 1954, James Olds dan Peter Milner menemukan hubungan kebahagian dengan dopamin dan nucleus acumben di otak. Akan tetapi dalam riset tersebut, Old-Milner menemukan juga bahwa kebahagiaan berlebihan bisa mengakibatkan kematian.

Ilustrasi otak manusia ~ Sumber gambar: Instagram Hen Kim
Ilustrasi otak manusia ~ Sumber gambar: Instagram Hen Kim
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Begini cerita singkatnya, mereka memasukkan elektode ke otak beberapa tikus dan mengalirkan arus kecil ke elektrode tersebut sehingga Nacc terus bekerja kalau si tikus menekan pedal. 

Seekor tikus tersebut akan mengalami sensasi kebahagian bila menginjak pedal. Ketika tikus itu diberi pilihan antara makanan lezat dan pedal, ia lebih memilih pedal. Ini seperti kasus anak manusia yang lebih milih meneruskan bermain game timbang makan malam. Tikus tersebut menekan pedal berulang lagi sampai lemas karena lapar dan kelelahan kemudian mati.

Manusia mempunyai kecenderungan yang sama dengan tikus percobaan tersebut dalam mengejar kesenangan ketimbang memilih untuk tetap hidup. Dari sini awalnya kita akan mengetahui di mana tempat sirkuit yang memberikan keuntungan dan hukuman di otak kita.

Kala itu Olds dan Milner tidak bisa menjelaskan fenomena tersebut masih perlu waktu lebih dari 3 dekade dengan banyak riset yang lebih teliti. Akhirnya manusia paham bahwa konsep sesuatu yang memberikan keuntungan dan kerugian disebabkan aktifasi nucleus accumben di amyangdala oleh dopamin. Pada awal tahun 1990, seorang neurosaintis menemukan bahwa tikus riset Olds-Milner itu mati akibat stimulasi Nacc oleh pelepasan dopamin secara berlebihan.

Pelepasan neurotransmiter dopamin di otak secara masif menjadikan tikus itu mengalami ekstase, kegembiraan yang luar biasa. Persepsi tentang untung-rugi di otak ini tidak mementingkna apakah untung-rugi tersebut nantinya ada sungguhan, akan tetapi harapan keuntungan itulah yang menimbulkan kegembiraan yang membunuh secara perlahan.

Manusia yang kecanduan terhadap sesuatu tidak akan perduli dengan keselamatan nyawanya. Jikalau ada manusia yang sudah tidak perduli dengan keselamatan hidupnya sendiri, apalagi keselamatan hidup manusia lain? Kegembiraan meluap berlebih akibat nucleus accumben yang dibanjiri dopamin inilah yang dikejar manusia kecanduan, tidak memperdulikan apakah dia atau manusia lain harus mati.

Bahan obat adiktif bekerja dengan cara seperti itu tadi. Pecandu yang minum obat adiktif tidak beda dengan tikus yang kelewat bahagia itu mengejar sesuatu yang enak. 

Narkoba membuat nucleus accumben manusia kebanjiran dopamin. Mereka akan mengejar apapun resikonya termasuk kesehatan mereka sendiri,bisa berubah menjadi kurus, lemah dan mati sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun