Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melacak Jejak Kerajaan Islam Nusantara Pra Penjajahan

10 Desember 2018   12:53 Diperbarui: 10 Desember 2018   12:57 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak Kerajaan Islam di Nusantara || Sumber gambar: History Indonesia

Islam masuk ke bangsa Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Agama baru ini dibawa kelompok pengembara dan pedagang. 

Relasi dakwah tersebut dilaksanakan melalui interaksi dalam bidang perdagangan. Ini tentu dimungkinkan mengingat saat itu ada jalur pelayaran yang strategis di Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Pada tahun 718 M Raja Sriwijaya Jambi kal itu yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Khilafah Bani Umayah. Ia meminta dikirimkan dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.

Raja Srindravarman yang awalnya beragama Hindu kemudian masuk Islam di tahun 720 M. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Namun setelah sekitar sepuluh tahunan pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha. Tak selang berapa lama tepatnya di tahun 839 M berdiri Kesultanan Peureulak di Aceh. Setelah itu muncul pula kesultanan Samudera Pasai, Aceh Darussalam, dan Palembang. Kekuasaan Islam terus berkembang di Nusantara, kendati perkembangannya tidak signifikan.

Di tahun 1440 M juga berdiri Kerajaan Ternate bersamaan dengan masuknya Islam ke kepulauan Maluku. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah. Walaupun rajanya sudah masuk Islam namun ia tidak menerapkan Islam sebagai institusi politik di awal. Barulah Islam terwujud dalam insitusi politik setelah Kerajaan Ternate berubah menjadi Kesultanan Ternate di bawah Sultan Zainal Abidin pada tahun 1486. Di Maluku ada kerajaan Tidore dan kerajaan Bacan Kerajaan menjadi representasi Islam di Indonesia timur kala itu. Hal tersebut berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala suku di Papua yang memeluk Islam.

Di Kalimantan juga berkembang kerajaan diantaranya adalah Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai. Hampir bersamaan dengan itu di Jawa berdiri kesultanan, pertama muncul di Demak. Kesultanan ini kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Jipang, Kesultanan Pajang, dan terakhir oleh Kesultanan Mataram. Di belahan barat Jawa berdiri Kesultanan Banten dan Cirebon.

Sedangkan di pulau Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Sedangkan di Nusa Tenggara penerapan Islam dilaksanakan oleh Kesultanan Bima. Islam telah menjadi identitas sebuah institusi politik bernama kesultanan yang diwujudkan dalam penerapan hukum Islam di dalamnya.

Produk Kebijakan dan Kemajuan Kerajaan Islam

Hukum Islam dijadikan hukum negara yang menggantikan hukum adat. Ini berlangsung di Aceh  atau yang kita kenal sebagai Samudera Pasai pada abad 17. AC Milner mengatakan bahwa Aceh dan Banten adalah kerajaan Islam di Nusantara yang paling ketat melaksanakan hukum Islam sebagai hukum negara.

Sedangkan Kerajaan Mataram tidak ketat dalam melaksanakannya karena masih dipengaruhi adat, Budha, dan Hindu. Di Aceh, Sultan Iskandar Muda menerapkan hukum rajam terhadap puteranya sendiri yang bernama Meurah Pupok yang berzina dengan istri seorang perwira. Kerajaan Aceh Darussalam mempunyai UUD Islam bernama Kitab Adat Mahkota Alam.

Sultan Iskandar Muda menelurkan kebijakan riba diharamkan dalam bidang ekonomi. Sedangkan di Banten hukum potong tangan dilaksanakan bagi mereka yang terbukti mencuri. Pelaksanaan hukum ini berlangsung pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa. Sejarah Banten menyebut syekh tertinggi dengan sebutan Kyai Alia atau Ki Alia yang kemudian disebut dengan Kalia. Kesultanan Demak sebagai kesultanan Islam pertama di Jawa pun memiliki hakim. Jabatan itu dipegang oleh Sunan Kalijaga. Ini diungkapkan oleh De Graff dan Th Pigeaud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun