Mohon tunggu...
Hari Dewanto
Hari Dewanto Mohon Tunggu... Profesional Hypnotherapist -

I am a profesional trainer and happiness tranceformer (happiness provocator) who willing to make Indonesia happier

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kutemukan Lailatul Qadar di Way Nipah

15 Juni 2018   16:32 Diperbarui: 15 Juni 2018   16:41 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Masih dengan dada bergemuruh dan menahan isakan, kau keluar dari kamar pondokanmu dan mencari asal suara merdu yang sangat tartil tadi.

Malam itu angin terasa sangat tenang. Hawanya penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Kau lihat bulan berukuran setengah nampan, tersembul malu di antara gumpalan awan cirro cumulus. Laut seolah membeku sehingga tak terdengar sedikitpun suara debur ombaknya.

Hatimu serasa diaduk-aduk, campur baur antara syahdu, sedih, gemetar, juga gamang. Surat yang telah menghancurkan kerasnya hati seorang preman di jaman Rasulullah itu kini tengah mengebor dinding pertahanan ego duniamu. Satu sisi dirimu ingin segera menghilang menuju hutan lindung, sementara sisi lainnya bersikukuh untuk meneruskan menikmati lantunan kalam Ilahi tersebut.

Rupanya pertarungan bisu di dasar kalbumu dimenangi oleh sisi kedua. Nyatanya kakimu terseret pelahan menuju surau, daun telingamu bergerak-gerak menajamkan fungsi auditorinya demi menderes lantunan merdu yang kian menghipnosis itu.

Kau lihat pintu surau terkuak sedikit, mengirimkan sebuah bayangan hitam sedang duduk khusyuk dengan posisi tahiyat. Tak sabar kau memasuki surau itu dan tercium aroma stroberi parfum aigner yang sangat kau kenal. Sesosok wanita mengenakan gamis hitam dan pasmina hitam menengok ke arah pintu dan mengucap salam, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Kau sangat terkejut begitu mengenali seraut wajah cantik dalam balutan busana hitam tadi. Saking terkejutnya sampai lidahmu kelu dan tak sanggup membalas ucapan salamnya. Ternyata dia memang biduanita cafe yang biasa kau datangi bersama kolega-kolega politikmu. Perasaanmu bergeser menjadi cemas, takjub, bingung dan sedikit menyisakan rasa syahdu itu.

"Sssiappa sebenarnya Anda?", akhirnya tercetus juga tanya itu dari mulutmu. Wanita tadi beringsut dari duduk tahiyatnya, beranjak menghampirimu, dan menjawab tanyamu, "Perkenalkan nama saya Lailatul Qadr Pak. Saya dari KPK dan bertugas membawa Anda kembali ke Jakarta!"

Dengan sigap wanita tadi mengeluarkan borgol dari balik gamis hitamnya, dan sebelum kau sadar apa yang sedang terjadi, di tanganmu sudah terpasang gelang pesakitan tersebut.

Tanjung Karang,

Ramadhan hari ke 27 1429 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun