Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Di Balik Cerita Mistis Lawang Sewu

8 Oktober 2015   23:36 Diperbarui: 29 Agustus 2019   10:12 1974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lorong bangunan Pribumi (Dokumentasi Pribadi)

Kini, para-para luas itu dijadikan lapangan badminton oleh pengelola, mungkin tujunnya untuk menghilangkan kesan angker. Karena begitu besarnya areal para-para ini, hingga mampu memuat 2 lapangan badminton!

Para-para/atap seluas 2 kali lapangan badminton beralaskan beton tebal (Dokumentasi Pribadi)
Para-para/atap seluas 2 kali lapangan badminton beralaskan beton tebal (Dokumentasi Pribadi)
Menurut guide pengantar saya, selain terkenal dengan cerita mistisnya, dibasement terkadang banyak ular yang bersarang. Masuk akal, karena lembab dan dingin. Oh ya, saya tidak bisa masuk ke dalam basement  bukan karena takut si kuntilanak atau takut ular, tetapi karena area basement saat itu sedang direnovasi, jadi semua aktivitas wisata basement dilarang.

Kelas pribumi dan kompeni

Hal unik lain yang saya temukan di Lawang Sewu adalah mengenai kentalnya aura kolonial di sana. Kala itu, pekerja jawatan kereta api dibagi ke dalam dua kelas. Pribumi atau Inlander dan orang Belanda. 

Pekerja Belanda ditempatkan di jabatan-jabatan strategis seperti kepala departemen atau kepala divisi, sedangkan inlander ditempatkan di posisi-posisi bawah yang tidak strategis seperti urusan umum, arsip atau urusan kebersihan. Seragam pribumi menggunakan baju coklat atau baju adat jawa, sedangkan pekerja Belanda menggunakan seragam putih-putih bertopi khas kompeni.

Lorong bangunan untuk Pegawai Belanda
Lorong bangunan untuk Pegawai Belanda
lorong bangunan Pribumi (Dokumentasi Pribadi)
lorong bangunan Pribumi (Dokumentasi Pribadi)
Pengotak-ngotakkan terlihat pula dari ruang kerja. Pekerja Belanda bekerja di gedung utama, gedung yang hampir semua materialnya didatangkan langsung dari Belanda. 

Gedung depan inilah yang dilapisi ornamen-ornamen dekoratif yang kaya ukiran dan hiasan kaca-kaca perca. Sedangkan pribumi ditempatkan di bagian belakang gedung yang dibangun alakadarnya. Tak ada hiasan dinding atau kaca perca. Ruangan-ruangan dibangun begitu komunal dan tak terkesan eksklusif sama sekali.

***

Lawang sewu dibangun pada awal abad 20 saat politik kolonialisme menjajaki masa moderen, masa yang diilhami dari kesadaran Belanda untuk membangun wilayah jajahannya terutama dalam bidang transportasi. Jaringan kereta api yang menjalar di pulau jawa, kantor pemerintahan dan kantor jawatan kereta api yang megah seolah menjadi pertanda bahwa pemerintah kolonial belanda melihat masa depan cerah di depan Hindia Belanda.

Era kecerahan itu nyatanya tak berjalan lama. Tepat empat puluh tahun sejak gedung ini dibangun, pemerintah Belanda dibawah kekuasaan Sri Ratu harus menyerah tanpa syarat kepada kekaisaran jepang. Semua aset dan bangunan diambil alih, tentara dan kekuatan dilumpuhkan. Andaikata Belanda tau hal ini akan terjadi, mungkin Lawang Sewu tak pernah dibangun.

Lawang Sewu yang Sudah Dipercantik (Dokumentasi Pribadi)
Lawang Sewu yang Sudah Dipercantik (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun