Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pulang... (3)

24 September 2020   05:22 Diperbarui: 24 September 2020   05:43 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kenangan SMA Negeri 3 Bandung, diupload dengan seizin Kang Soni


Terus terang saya tidak ingat yang namanya warung Bi Tata itu yang mana. Tapi kalau tahu yang enak memang adanya di belakang sekolah, sedikit menjorok ke arah SMA Negeri 5 Bandung. Di situ berbaur anak-anak 3 dan 5 memperebutkan gorengan. Bukan cuma tahu, seingat saya. Ada juga risol, pastel, dan roti segitiga yang di dalamnya diisi sayuran dan aci. Dulu sudut itu juga salah satu tempat buat siswa yang hobi bolos.

Lorong Cinta SMA 3 dan 5 Bandung. Di sini banyak bersemi kisah cinta anak 3 dan 5. Ridwan Kamil dan Atalia contoh pasangan anak 3 dan 5 yang berlanjut ke pelaminan,
Lorong Cinta SMA 3 dan 5 Bandung. Di sini banyak bersemi kisah cinta anak 3 dan 5. Ridwan Kamil dan Atalia contoh pasangan anak 3 dan 5 yang berlanjut ke pelaminan,

Saya sendiri suka jajan di sana, karena harganya relatif murah ketimbang makan di warung belakang. Maklum anak kosan perantau yang jauh dari orangtua. Waktu itu hidup kami pas-pasan karena ada 4 orang anak yang mesti dibiayai.


"Ya itu Bi Tata," kata Kang Hadi. "Yang saosnya edun pisan. Enak!" Di rumah rupanya sudah menunggu tahu tersebut. Dan surprise, bukannya pakai layanan kurir online, ternyata cucunya Bi Tata sendiri yang mengantarkan. Ia memperkenalkan diri, namanya Aqmal.


"Bi Tata, nenek saya sendiri sudah meninggal. Kami kemudian meneruskan usahanya bikin gorengan. Ada tahu saos dan kroket," kata Aqmal menjelaskan. Saat ini justru jualannya lebih fokus online, karena memang situasi pun tak memungkinkan untuk berjualan offline, setelah pandemi terjadi.

dokpri
dokpri

"Ya Alhamdulillah banyak yang bantuin, termasuk yang pesanan ini." Kata Aqmal. Kang Hadi kemudian menawari untuk ditawari video interview. Kami pun kemudian menyiapkan ruang tamu untuk berdiskusi. Tentunya protokol kesehatan sangat dipatuhi. Kursi dipisahkan jauh dan keduanya dipastikan memakai masker.



Kang Hadi banyak bertanya mengenai bisnis anak-anak masa kini. Walau umurnya lebih senior dari Aqmal, namun ia tak segan belajar apa saja kunci kesuksisan bisnis online. Aqmal pun dengan panjang lebar memberikan jawaban, tanpa terlihat merasa tertekan oleh dominasi Kang Hadi sebagai orang yang penuh rasa ingin tahu.

dokpri
dokpri

Dan tanpa terasa, waktu berlalu selama setengah jam. Interview tersebut disudahi. Aqmal lalu pulang dan Kang Hadi mengajak makan siang bareng.  Saya tidak tahu apakah Kang Hadi sekeluarga vegetarian atau tidak, tapi hidangan di meja makan sehat sekali, penuh sayuran. Saya begitu menikmati makan siang tersebut.


"Saya ini dulu sebenarnya nakal. Hehe. Terkenal sebagai anak nongkrong. Suka berantem juga." Kata Kang Hadi sambil meneruskan makannya. "Baru kemudian saat SMA, saya ingin sedikit berbeda. Saya coba masuk negeri. Tanya-tanya yang terbaik. Eh ditunjukin ke SMA 3 Bandung aja!"


"Pernah bolos ga, Kang?" Tanya saya penasaran.


Matanya melirik ke sana ke mari, mengingat-ingat..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun