Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Teduh Pondok Arem

11 Juli 2020   16:30 Diperbarui: 11 Juli 2020   16:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: patinews, hanya untuk ilustrasi

Pondok Arem, begitu kami menyebut sudut tempat berkumpul para tukang ojek di sekitaran kompleks perumahan ini. Sejak didirikan sekitar 17 tahun lalu, anak-anak muda dan para tukang ojek menggunakan bangunan gubuk kecil di bawah pohon beringin besar itu untuk berkumpul, main gaplek, domino, dan sesekali bercengkrama sambil meneguk kopi dan sebatang rokok. Arem-arem yang disajikan di sana, buatan Mpok Sabeni memang enak, tidak ada duanya, sehingga dari sanalah nama tersebut berasal.

"Gimane udah lolos masuk pelatihan prakerja belon lo?" Tanya Bang Sabeni yang ditakuti anak-anak sekitar karena tergolong anak lama di sini. 

"Ude bang, tapi masih bingung pelatihannye mau pilih yang mane," jawab Udin. 

"Lha kok bisa?" Sabeni bingung.

Udin pun lalu menceritakan ragunya ia memilih dari sekian banyak pelatihan, jarang yang memenuhi rasa keingintahuannya akan sesuatu. 

"Gosip-gosipnye juga pelatihan itu dibikin asal-asalan biar bisa dicairin dari duit APBN doang Bang!" Sambar Jajang.

"Nah ya itu, masa pelatihannya mancing ikan doang. Rugi banget lah. Kasian juga duit negara dihambur-hamburin gitu!" Jawab Udin lagi. 

Bang Sabeni agak kebingungan. Sebenarnya ia sangat mendukung bantuan prakerja yang diberikan. Apalagi insentif uangnya lumayan juga untuk membantu mereka untuk tambahan dapur keluarga. Untunglah Sucipto yang sedikit lebih terpelajar dan melek ada di sana untuk menjelaskan.

"Nah elo jelain dah tuh, To. Gimana nih kasusnye!" sambil Bang Sabeni menepuk-nepuk punggung Sucipto.

"Oh ya ndak begitu semua," tukas Sucipto. "Kalau jeli, kita bisa kok pilih-pilih fasilitator pelatihannya mau yang mana. Disesuaikan juga dengan keablin yang kita butuhkan. Tidak semuanya soal mancing. Yang pelatihan soal perikanan itu untuk para nelayan yang sedang kesulitan melaut, mereka bisa belajar perikanan modern dan pemasarannya, bukan mancing saja."

"Nah kalau kaya ane gimana tuh To?" tanya Udin.

"Mas Udin kayanya cocok kalau ambil yang standarnya lebih tinggi. Coba buka-buka di geti.id."

"Get, apaan..?" Udin kebingungan.

"Geti dot id. Jadi yang menciptakan pelatihannya bukan semacam ruang guru saja. Banyak fasilitator lainnya. Dan kelebihan yang geti ini adalah kena memang benar-benar lembaga pelatihan. Kampusnya beneran ada, pengajarnya juga jelas dan bersertiifikat." Jelas Sucipto sambil merapikan kemejanya yang sebenarnya sudah rapi juga. 

"Wah berarti ga ada tuh yang sekedar mancing dan bikin kue doang?" Jajang kembali menimpali. 

"Kalau di geti, fokusnya kepada digital marketing, entreprenurship, dan usaha-usaha kreatif, buka aja situsnya," jawab Sucipto dengan yakin.

Mereka lalu bersama-sama membuka situs geti lewat HP milik Sabeni. Benar saja, di sana ada pelatihan CRM, fotografi, strategi memasang google ads, hingga tekik presentasi yang baik agar luwes berjualan di depan klien. 

"Nah ini baru namanya pelatihan bermutu," kata Udin dengan mata berbinar-binar. Sudah terbayang olehnya pelatihan mana saja yang akan ia ambil. 

"Iya, dan ada temu muka lewat onlinenya kalau kita butuh bimbingan langsung dari pengajar. Jadi bukan sekedar nonton video aja. Ada bimbingan dan evaluasinya." Jelas Sucipto. 

Akhirnya pertanyaan Udin terjawab sudah. Ia tak ragu lagi mendaftarkan diri untuk pelatihan prakerja. Ternyata banyak juga pelatihan-pelatihan bermutu di antara sekian banyak pelatihan aneh yang diributkan di media sosial.

Dan mentari pun beranjak ke arah barat, membuat Pondok Arem semakin ramai dengan para pemain gaple yang kembali siap menghiasi hari-hari new normal, dengan tetap memenuhi standar kesehatan tentunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun