Akhir-akhir ini gegara persaingan makin keras di antara taksi dan ojek online, saya merasa kalau banyak pengemudi alias driver yang kelelahan, mengantuk, bahkan stres. Baru minggu lalu saat ada driver yang minta saya menggeser titik tujuan supaya dia tidak kena potongan besar, menandakan bahwa hanmpir segala cara mereka gunakan untuk bisa mencapai penghidupan yang layak untuk keluarga. Stres dalam arti dia memforsir seluruh tanaganya dalam mengemudi.
Tapi yang satu ini bener-bener stres dalam arti harfiah, dalam tekanan pikiran dan kejiwaan yang stres. Entah sudah keberapa kali dia ngomel-ngomel sendiri saat menerobos lampu merah. "Sekarang tilangnya CCTV mas." Katanya dengan muka suram," Saya pun bertanya "Emang berapa sekali dikirim tilang?" Ia menjawab setengah tertawa miris "Gopek!"
Ya Ampun...Saya tahu dalam sehari tampaknya bapak ini tidak bawa pulang uang sebanyak itu. Tapi inilah Jakarta, dan inilah kenapa saya mulai mengurangi menyetir mobil keliling Jakarta.
Karena hari ini saya harus menemui Om Budiman Hakim di sekitar Cibubur, untuk diajak makan malam, maka saya sejak awal bergegas. Pukul 03:00 sore sudah jalan, walaupun sebenarnya janjiannya masih ba'da magrib. Om Bud orangnya disiplin kalau soal jadwal meeting, sehingga walaupun orangnya lucu, saya tidak ingin meresikokan diri melihat dia marah dan ngomel malam ini hehe. Saya lihat di map kalau tidak ada halangan, harusnya dalam 1,5 hingga 2 jam perjalanan, saya akan sampai.
Karena masih setengah mengantuk akibat tuntutan pekerjaan beberapa hari berturut-turut. Saya serahkan saja pilihan jalan ke Bapak tersebut. "Terserah Bapak mau lewat tol apa ga lewat tol. Nanti saya ganti uangnya kalau masuk tol."
Dan inilah yang menjadi kesalahan saya sehingga mengalami hari yang buruk ini.
Tidur-tidur ayam, saya rasakan mobil itu kemudian masuk ke jalan tol, namun si Bapak langsung mengoceh, "Aduh macet juga ini di Tol," Seolah menyesali pilihannya. "Sudah ga apa-apa, Pak. Paling sampai pintu tol depan," Ucap saya menghibur sembari meneruskan mimpi. Namun belum sampai beberapa menit ia berteriak, "Aduh kok saya salah ambil jalan ya?!" Saya pun bingung. Lah sejak kapan di tol orang bisa salah jalan? Kan harusnya lurus saja ke TMII dari arah Jakarta Timur?
"Saya salah belok ke pertigaan Cikampek." Katanya sambil menepuk muka. "Ini mau ga mau kita belok ke Grogol aja ya Mas?" tanyanya tidak yakin. Ya memang kalau diteruskan ke Grogol memang akan makin jauh, tapi saya sarankan si Bapak langsung keluar di pintu tol selanjutnya, untuk kemudian meneruskan lagi ke tol lingkar dalam dan selanjutnya ke Jagorawi.
Saya tidur lagi, namun terbangun oleh klakson yang bising luar biasa. Kebingungan, saya lihat keluar. Si Bapak ternyata mengambil jalur neraka di siang hari, Pancoran lalu masuk ke Kalibata City! Buat yang sehari-harinya kerja di pusat kota dan pulang sore hari ke arah selatan, pasti macet luar biasa..
"Hastagah, Pak... Kok kita malah ke sini?"