Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ingin Bantu Lombok? Berwisatalah di Tengah Bencana

31 Agustus 2018   11:43 Diperbarui: 31 Agustus 2018   11:53 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, mereka mengungsi lebih karena takut gempa terulang. Bukan karena gempa itu sendiri. "Kami kalau malam mengungsi ke lapangan tenis ini. Siang balik lagi kerja seperti biasa. Takutnya nanti waktu tidur ada gempa atau peringatan tsunami, tidak bisa dengar," kata Bu Mardiah. Melihat saya pakai baju #JKWadalahkita, dia usil minta rumah karena selama ini dia tidak punya rumah. Saya tertawa dan merekam requestnya lewat video yang kemudian dimentionkan ke akun @jokowi.

Fenomena trauma ini tidak sekedar terjadi di Mataram saja. Ada yang menuding pengamatan saya karena hanya terjun di Mataram. Keliru. Saya sudah sampai Santong, yang letaknya di Lombok Utara, yang merupakan salah satu lokasi yang terparah. Di sana saya bertemu relawan lokal, Akhwan, yang terjun hingga ke pelosok-pelosok Lombok Timur, sejak bantuan belum bisa masuk ke sana. "Betul, Bang!" katanya, "Problemnya adalah warga ketakutan kembali ke rumah."

Saya lihat ada beberapa sebab warga enggan balik ke rumahnya dan hidup normal seperti biasa.

Pertama, keusilan sebagian dari kita di Luar Lombok, terutama ibukota Jakarta, yang berusaha kelihatan pintar dan intelek, sibuk menyebar ramalan-ramalan gempa yang diprediksi akan terjadi lagi dalam waktu dekat, dengan alasan Indonesia itu ring of fire, rawan bencana, sedang ada pergerakan lempeng bla bla.

Media tidak mau ketinggalan dalam kontes adu bodoh ini. Berita-berita dikemas dalam headline yang bombastis. Jalan retak karena tanah amblas dibuat headline semacam Bumi Lombok Terbelah dan Menganga. Padahal ya cuma jalan retak. Tapi dibuat seolah mobil bisa tertelan masuk dalam retakan itu. Wong kambing aja ga akan bisa ketelan, apalagi mobil...

Maksudmu baik, supaya semua waspada. Tapi di lapangan "kebaikan" bin kebodohan itu ditelan mentah-mentah oleh warga pengungsi, sehingga mereka ikut-ikutan parno. Ingat sebagian dari mereka punya media sosial lho. Mereka membaca analisa penuh kebodohan bertopeng kepintaran yang kalian sebarkan itu..

Saya jadi harus berkali-kali menyadarkan warga bahwa gempa itu sama sekali tidak bisa diramal. Tidak ada yang namanya prediksi gempa. Seorang profesor ahli peneliti gempa sekalipun akan angkat tangan kalau ditanya kapan, di mana, pukul berapa gempa berikutnya terjadi. There is no such thing!

Lalu apa alasan lainnya mereka masih mengungsi? Karena di pengungsian mereka masih dimanja bantuan. Masih bisa dapat beras, telur, baju dll secara gratis. Malaskah mereka? Bukan malas. Tapi dikondisikan malas. Hampir tidak ada yang perlu mereka lakukan di tenda-tenda selain melamun dan menunggu. Toh nanti akan ada relawan datang memberikan sembako gratisan. 

Itulah yang membuat sebagian dari mereka emosi. DiPHP akan dapat ini itu, lalu mereka berpangku tangan menunggu bantuan itu datang. Lalu ternyata janji-janji bantuan itu tidak terpenuhi. Lalu jalan diblokir, warga demo, mobil bantuan distop dan dijarah.

Saya coba konfirmasi lagi ke Akhwan, si relawan lokal. Betul lagi, katanya. "Karena termanja oleh bantuan, beberapa warga mulai kecanduan. Sebenarnya sudah terima, lalu ngaku belum." Mereka minta bantuan lagi dan lagi. Dalam kondisi ini, apa yang terjadi? Bantuan hanya akan tersalur ke tempat yang paling dekat dengan pelabuhan. Itulah kenapa Mataram cepat tertangani, Lombok Utara lambat, dan Lombok timur paling tersendat. Bukan salahnya pemerintah.

Bukan apa-apa. Yang paling dekat jaraknya dengan pelabuhan ya Mataram. Bantuan itu dicegat dan dimintai sejak awal berjalan. Ujungnya ya sudah habis sebelum sampai Lombok Utara dan Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun