Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Permulaan

2 September 2022   17:40 Diperbarui: 2 September 2022   17:54 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kubeli waktu, melalui penciptaan anak manusia. Usai gigil dini hari.  kutahan-tahan kandung kemih agar tak melewatkan tumbuh kembang.

Kubeli anak manusia

Yang lantas saling bunuh.

Untuk mengikut degup di kepala. Membikin irama ratap di mana-mana. Nestapa pada tubuh-tubuh berhalimun nafsu dan pekat birahi.

Kubeli padang-padang kegilaan. Sudah sejak Qabil dan Habil menguasai kisah umat manusia. Selepas imaji-imaji keindahan tertanam di mimpi-mimpi.

Kubeli ingatan. Serupa keturunan Raden Wijaya

Yang melarung ingatan balas budi. Memanggil-manggil dendam di nurani Nambi.

Kubeli nasib, dari kata-kata ajaib. Menyeret Kunti, Calon Arang, dan Sri Tanjung dalam keramaian pikiran di ujung maut. Menjadi selimut duka. Gigil.

Kubeli segala, merampas minyak, gas, gula, dan tawa emak-emak

Yang genap berumah dalam getir. Menjelma kerikil-kerikil di ujung mata. Hingga lupa akan semoga

Dan doa berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun