Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Ngaku PSI Partainya Jokowi Kalau Ketumnya Bukan Broron

12 Juni 2025   09:24 Diperbarui: 12 Juni 2025   09:24 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronald Sinaga (Sumber: Wartakota)

Selama 1 tahunan ini, PSI menjual narasi besar: "Partainya Jokowi." Tapi mari kita jujur---selama ini masih sebatas slogan. PSI menempel pada nama Jokowi, apakah sudah benar-benar menghidupi semangat Jokowi? Kini, di tengah pemilihan Ketua Umum PSI, ada kesempatan emas untuk mengubah jargon itu menjadi kenyataan politik yang bernyawa.

Dan jawabannya hanya ada satu: Bro Ronald Sinaga.

Bukan Kaesang. Bukan siapa pun. Hanya Bro Ron yang mampu membuat PSI benar-benar menjadi warisan politik Jokowi---bukan sekadar menempel nama, tapi menghidupi nilai-nilainya.

Kenapa Bro Ron? Karena Dia Paham Lapangan Seperti Jokowi

Ingat Jokowi sebelum jadi presiden? Dia bukan lahir dari istana. Dia tahu betul bagaimana rasanya jadi pedagang kecil, bagaimana sulitnya mengurus perizinan, bagaimana rumitnya birokrasi yang mencekik rakyat bawah. Jokowi paham konteks karena dia hidup di dalamnya.

Begitu juga Bro Ron. Dia bukan politisi salon yang hanya tahu teori. Dia pengusaha yang membangun perusahaan dari nol, yang bergelut langsung dengan sistem yang busuk, yang merasakan sendiri bagaimana BUMN sering menindas subkontraktor kecil. Ketika subkontraktor---tulang punggung pembangunan nasional---tidak dibayar setelah menyelesaikan proyek, Bro Ron tidak diam. Dia turun, dia berantem, dia pastikan mereka mendapat haknya.

Ini bukan sekadar empati. Ini pemahaman yang lahir dari pengalaman nyata.

Sebaliknya, Kaesang---dengan segala hormat---mungkin tahu tentang rakyat kecil, tapi tidak secara komprehensif. Bagaimana mungkin seseorang yang lahir dan besar di lingkungan istana bisa paham betul bagaimana rasanya jadi subkontraktor yang tidak dibayar? Bagaimana mungkin dia bisa merasakan frustasi orangtua miskin yang anaknya tidak pernah menerima dana PIP yang seharusnya jadi haknya?

Konteks itu penting. Dan konteks hanya datang dari pengalaman hidup yang sesungguhnya.

Rekam Jejak Nyata, Bukan Janji Kosong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun