Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andaikan PSI Masuk Senayan

28 Maret 2025   17:04 Diperbarui: 28 Maret 2025   17:04 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber penelusuran Google

Izinkan saya untuk mengajak kita bersama-sama untuk melakukan pengandaian bercermin dari apa yang terjadi belakangan ini mengenai minimnya literasi mahasiswa yang kelihatannya bukan dikarenakan oleh mereka tapi karena tidak adanya akses untuk mengetahui undang-undang yang akan direncanakan untuk militer.

Demokrasi sejati tercermin dari kemampuan lembaga perwakilan rakyat untuk secara transparan dan komprehensif menjelaskan setiap kebijakan yang dihasilkan. Kasus terbaru pengesahan draft Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI menjadi potret nyata betapa lemahnya komunikasi politik yang dilakukan oleh para legislator saat ini.

Krisis Literasi Politik: Sebuah Tantangan Demokrasi

Minimnya literasi terhadap draft RUU TNI bukan semata-mata disebabkan oleh kurangnya minat mahasiswa atau masyarakat untuk membaca, melainkan absennya upaya konkret dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menjelaskan substansi rancangan undang-undang tersebut. Padahal, sejatinya DPR adalah representasi langsung dari suara rakyat yang berkewajiban mencerminkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Dalam arsitektur demokrasi, pilar-pilar utama seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers memiliki peran strategis untuk saling berkolaborasi. Setiap pilar harus mampu berkontribusi secara konstruktif dalam membangun negara yang dinamis dan terus berkembang.

Keengganan Menjelaskan: Sebuah Paradoks Demokrasi

Fenomena enggannya anggota DPR memberikan penjelasan rinci tentang rancangan undang-undang yang disahkan merupakan sebuah paradoks demokrasi. Dalih "takut disalahartikan" justru menunjukkan kelemahan fundamental dalam komunikasi politik. Sejatinya, penjelasan komprehensif dan transparan adalah kunci untuk menghindari kesalahpahaman.

Potensi Partai Solidaritas Indonesia: Harapan Baru Demokrasi

Di tengah situasi ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) muncul sebagai alternatif segar dalam lanskap politik nasional. Dengan kader-kader berkualitas dan pendekatan progresif, PSI berpotensi mengubah paradigma komunikasi politik di Indonesia. Kehadiran mereka di Senayan dapat menjadi katalis perubahan dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas kebijakan publik.

Membangun Literasi: Tanggung Jawab Bersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun